Kamis, 16 Mei 2013

Belajar Tetap Saja Membosankan


Oleh karena sudah tidak ada kerjaan di kantor, maka aku membawa buku TOEFL ke kantor untuk belajar di kala senggang, awalnya cukup antusias, apalagi saat mengetahui kiat – kiat dan trik dalam menjawab. Entah mengapa, baru 2 – 3 jam membaca sudah sangatlah bosan. Padahal awalnya kukira belajar di saat sudah lama tidak belajar akan menyenangkan, ternyata sama saja. Menghitung volume lebih menarik dibanding belajar bahasa Inggris kayaknya.

Memang sejak saat masih kecil sampai sudah dewasa begini, bahasa Inggrisku cukup lemah, padahal dulu saat TK, diam – diam ikut ekstrakurikuler Bahasa Inggris tanpa bilang ke orang tua. Sedangkan sekarang malah tidak bisa bahasa Inggris sama sekali.

Berbicara mengenai Toefl, saat SMA pernah ada tes Toefl gratis dari sekolah, gratis dan wajib lebih tepatnya. Semua murid kelas X harus mengikuti tes Toefl ini, tidak ada persiapan karena memang tidak pernah tes sebelumnya. Alhasil saat hasil tes Toefl dibacakan, nilaiku hanya 300an (aku tidak ingat tepatnya berapa) dan aku urutan ke 28 dari 35 siswa di kelasku, padahal kelasku merupakan kelas paling nakal di kelas X, yang jelas bukan murid – murid dengan otak yang sangatlah cemerlang.

Dulunya sangatlah tidak tertarik pada Bahasa Inggris. Tidak tertarik pula oleh Toefl. Tidak tertarik dengan studi lanjut. Tapi setelah bekerja dan memikirkan kehidupan di Indonesia ini bias dibilang tidak bias diharapkan, lama kelamaan lulusan S1 sama dengan lulusan SMA. Bila beberapa puluh tahun lalu, lulusan SMA sudah bisa bekerja dengan gaji standart, sekarang sudah banyak perusahaan yang mencari minimal lulusan S1. Padahal hanya selisih 1 generasi loh. Di sisi lain, melihat banyaknya pengeluaran saat di rumah, tidak bisa membayangkan, gaji yang awalnya kulihat cukup besar bagi mata seorang anak yang baru saja mentas dari jenjang pendidikan, lama kelamaan pendapatan tersebut akan terlihat sangatlah menyesakkan hati.

Hal itulah yang membuatku ingin tertarik apply beasiswa ke Taiwan, karena aku bisa mengukir masa depan tanpa pengeluaran yang banyak, yang dibutuhkan adalah kemauan dan kerja keras di awal. Di sisi lain, ingin merasakan hidup sendiri, selama 22 tahun ini bergantung pada orang tua dan cece, serasa tidak pernah mengambil keputusan sendiri, padahal usiaku sudah bisa dibilang usia untuk mulai mengambil keputusan. Kerap kali aku salah mengambil keputusan, tapi bila terus – terusan bergantung, kapan aku bisa beranjak dewasa?
Semoga keputusanku kali ini tidak salah lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar