Kamis, 30 Mei 2013

Ditakdirkan untuk Bersekolah di Petra Manyar


Sekolah Petra Manyar merupakan sekolah favorit di Surabaya, aku dan ceceku berasal dari SD Dapena bisa dibilang kami berdua seakan-akan ditakdirkan oleh Tuhan untuk bersekolah di Petra Manyar. Mengapa? Saat selesai kelulusan ceceku bisa dibilang ceceku terlambat untu mendaftar di SMP selain Dapena, karena memang orang tua kami berencana untuk tidak melanjutkan di Dapena, banyak sekali SMP yang cukup favorit dan terkenal yang sudah menutup pendaftarannya, ajaibnya hanya SMP Petra 3 yang masih membuka pendaftaran dan saat itu ternyata sudah hari terakhir pendaftaran, saat jaman ceceku, penerimaan siswa dari luar Petra hanya dilihat dari nilai Danem dan nilai ceceku saat itu benar-benar mepet dengan nilai minimum yang diterima oleh Petra Manyar, saat melihat peringkatnya, ceceku masuk peringkat nomer 2 dari bawah.

Aku saat SD dulu bisa dibilang cukup baik nilainya, walau aku tampak alim di sekolah, tapi aku suka bermain game saat di rumah, belajar matematika hanya 5 menit saja, nilainya sudah diatas 90, bukannya sombong tapi memang di sekolahku siswa siswinya tidak secemerlang di Petra Manyar. Aku saat SD sangat amat menyukai pelajaran IPS, bahkan secara tidak sengaja sudah hafal catatan tanpa harus dipaksa untuk mempelajari dan manghafalnya. Aku saat kelas 6 mendapat peringkat 1 saat itu, jadi aku diberi tawaran keringanan untuk sekolah di SMP Dapena, memang murah sekali biayanya, tapi tetap aku mendaftar di Petra Manyar. Saat SD sebenarnya aku merasa diriku pintar jadi saat H-1 sebelum tes aku malah bermain game, aku dimarahi habis-habisan oleh papa saat itu akhirnya aku ‘terpaksa’ belajar malam harinya. Saat tes ada 3 mata pelajaran yang diujikan yaitu matematika, IPA, dan IPS. IPA dan IPS soalnya digabung jadi 1x tes. Saat matematika aku tidak mengalami kesulitan yang berarti, saat tes kedua, soal IPA yang diujikan terlebih dahulu dan aku benar-benar shock dengan soalnya karena aku sama sekali tidak bisa menjawab, semua jawaban dari 50 soal aku awur, saat melihat soal IPS karena aku menyukai pelajaran IPS aku sangat amat lancar mengerjakannya, aku cukup yakin dengan jawaban soal IPS ku. Saat istirahat aku bertemu dengan juara umum SD Dapena yang juga sainganku sejak kelas 2 SD (tapi aku tidak pernah menang sih), aku cukup malu dengannya. Sejak saat itu benar-benar seperti mendapatkan tamparan keras, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga benar-benar terjadi dalam diriku. Aku sudah siap untuk sekolah di SMP Dapena saat itu.

Saat pengumuman, ada 16 orang dari 100an peserta luar petra yang diterima, dan aku ada di peringkat 3 dari bawah, sungguh luar biasa, aku benar-benar tidak menyangka. Bersekolah di Petra Manyar memang membukakan mata kita bahwa di atas langit masih ada langit, janganlah sombong. Saat SMP aku sudah tidak merasa pintar lagi, aku merasa sebagai siswa biasa-biasa saja bergitu pula berkelanjutan sampai kuliah tapi justru dengan begitu aku lebih memiliki banyak teman dibanding saat SD. Saat aku mulai menyadari bahwa aku hanya siswa biasa-biasa saja aku melihat orang-orang yang pintar dan sombong seperti aku dulunya merasa apa yang kamu banggakan? Piala dan Raport dengan predikat istimewa sudah tidak menarik lagi dan tidak membuat orang lain melihatmu wah. Tapi bila memang kita diberkati dengan nilai yang wah, hendaklah kita bersyukur dan tidak disombongkan, aku merasa lebih dapat surprise saat melihat nilai semester 6 ku dibanding saat aku dulunya dipanggil maju ke depan untuk mendapatkan piala sebagai juara umum ke 2 SD Dapena.


Kegagalan yang membuat kita bangkit, tapi dari kegagalan pula kita tidak menjadi besar kepala.

1 komentar: