Rabu, 22 Mei 2013

Wanna Back to The Past? - Part 1-


Kembali ke pertama kali aku masuk kerja, beberapa hari awal nganggur atau menghitung struktur kecil – kecil, aku memerlukan banyak waktu untuk mengerti SAP lagi. Padahal baru SAP lho, belum Etabs. Perhitungan volume pertamaku adalah menghitung volume blok C Pergudangan, oleh karena jenis gudangnya ada yang 12 meter dan 15 meter, maka aku dan Ce Dewi bagi tugas, aku menghitung gudang dengan bentang 12 meter dimana ada 21 gudang di blok C dan 5 gudang di blok B, sedangkan Ce Dewi menghitung yang bentang 15 meter di blok B.

Oleh karena baru pertama kali menghitung volume proyek nyata dan belum berpengalaman, aku menghitung dengan sangat halus, menggunakan bentang bersih, seperti pada mata kuliah Estimasi Biaya dan Perencanaan dan Pengendalian Biaya Proyek. Hal tersebut yang membuat aku cukup mumet dan pusing dalam menghitung, aku juga belum terbiasa dengan menulis di quantity sheet ala kantorku, karena tidak ada kolom unit, hanya ada kolom volume, berbeda dengan quantity sheet saat kuliah dulu. Hal tersebut sempat membuat perhitungan cukup membingungkan, tapi aku berhasil menghitungnya walau ada pekerjaan – pekerjaan tertentu seperti pekerjaan finishing yang belum pernah diajarkan di kuliah dulunya sehingga tidak bisa membayangkan pula pekerjaan apa saja yang kurang dan yang butuh dilaksanakan di proyek nanti.

Begitu shocknya aku saat tiba – tiba sang PM mengatakan bahwa proyek blok C dan blok B ini merupakan tender terpisah, itu artinya, perhitungannya juga terpisah. Aku pun sempat kelabakan karena aku menghandle 5 unit gudang di blok B juga dimana bentangnya 12 meter. Alhasil aku harus mereview ulang perhitunganku yang awal – awal, oleh karena aku masih belum mempunyai pola khusus dalam menulis di quantity sheet milik perusahaanku, aku pun kebingunan sendiri dengan tulisan hasil hitunganku. Bahkan beberapa aku hitung ulang sambil berharap jangan blok C yang menang tender. Aku pun menyerahkan hasil hitunganku dengan tidak percaya diri. Saat pengumuman hasil tender keluar, lebih shock lagi ternyata blok B tidak menang tender, justru blok C yang menang tender. Semakin takut dan tidak yakin dengan hitungan sendiri, sejak saat itu aku pun belajar untuk bisa mengerti bagaimana format penulisan di quantity sheet yang baik dan tidak melakukan perhitungan volume terlalu halus.
Karena merasa bersalah, aku pun meminta maaf pada Pak PM, yaitu Pak Jemmi, dan memang benar ada yang miss di hitungan atap dan aku tidak menghitung kolom praktis. Sungguh sangat merasa bersalah, walaupun dimaklumi oleh PM, tetap saja hati tidak enak.

Kemarin diadakan rapat antar PM dan estimator. Selama ini di kantorku tidak ada pembagian yang jelas struktur organisasi antara PM dan estimator, jadi semua PM bisa meminta tolong estimator mana pun. Sejak rapat kemarin dijelaskan pembagian tugasnya, 1 PM bekerja sama dengan 1 estimator dan aku dipartnerkan dengan Pak Jemmi, itu artinya aku juga memantau perkembangan proyek pergudangan yang aku hitung volumenya tersebut. Semakin takut saja kalau proyek tersebut bakal mengalami kerugian.

Sebenarnya dalam bekerja di kontraktor ataupun konsultan di lingkup Teknik Sipil ini, kemampuan otak bukanlah syarat mutlak tapi juga dibutuhkan keberanian dengan apa yang kita hitungkan. Keberanian tersebut yang membuat kita lebih percaya diri untuk menghadapi problem lain yang lebih berat di depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar