Jumat, 05 Juli 2013

Joe Cheng is not as perfect as Jiang Zhi Shu

Sebal sekali karena wifi kantor diganti, Bbm jadi lemot dan tidak bias connect whatsapp. Jadi saat menganggur begini aku gunakan untuk belajar toefl atau membaca buku, tapi aku mudah sekali bosan memang, akhirnya memutuskan menulis blog lagi.

Beberapa waktu yang lalu aku googling foto – foto Bryan Zheng alias Joe Cheng dan aku mulai menyadari apa yang aku sukai darinya yaitudia berani tampil jelek dan gokil berbeda dengan kebanyakan model dan artis yang tampil sok cool dan takut wajah mereka terlihat jelek, Bryan Zheng malah menunjukkan bahwa dirinya memang orang yang usil dan gokil. Ada seorang temanku yang bilang bahwa Bryan Zheng bermuka tengil.

Memang bila dilihat dan dibandingkan, Jiang Zhi Shu ( perannya di Its Started With a Kiss) adalah cowok super sempurna. Cakep, jenius, keluarga berada dan memiliki keluarga bahagia. Dia memang terlihat wow saat aku melihat serial ini. Tapi setelah tersadarkan, yang aku kagumi adalah seorang Joe Cheng, bukan seorang Jiang Zhi Shu.

Berikut adalah perbandingan Joe Cheng si tengil dengan Jiang Zhi Shu si cool :

Jiang Zhi Shu, Genius Boy







Joe Cheng, Cowok Tengil












Untuk menjadi bahagia tidak perlu menjadi orang yang sempurna, tapi jadilah dirimu sendiri.

Trip to JJ Lin and Nickhun Country


Sebenarnya ini cerita lama sih, tapi baru kuceritakan sekarang. Sebelum tahun 2012, aku sama sekali belum ke luar negeri, boro-boro keluar negeri, keluar kota atau luar pulau saja jarang-jarang. Dulu aku ingin sekali bisa ke Singapura dan menemukan toko miliki JJ Lin dan ternyata impianku itu bisa jadi kenyataan pada Februari 2012.

Singapura merupakan kota yang sangatlah rapi dan bersih dibandingkan dengan di Surabaya, masyarakatnya campuran, ada yang Chinese, melayu bahkan orang barat, maka dari itu bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Biaya hidup dan makan di Singapura mahal sekali, hampir semua lebih mahal dari Surabaya kecuali ice cream roti. Bila di Surabaya ice cream roti dibandrol sekitar Rp. 15.000, di kota asalnya hanya dikenai biaya 1 SGD atau setara dengan Rp 8.000, rasanya pun sepertinya enakan yang asli Singapura karena bisa dimakan sambil berjalan di trotoar depan mal, kalau di Surabaya kan makannya di dalam mal.

Aku hanya ke Orchard Road, Sentosa Island dan Universal Studio. Orchard Road adalah jalan yang penuh dengan mal, sekeliling rasanya mal semua dan memang kebetulan saat itu hotel kami dekat dengan Orchard Road. Ada 1 mal yang cukup menarik, karena pembangunannya bukan ke atas, tapi ke bawah, jadi isi malnya ada di lantai bawah pintu masuk sampai beberapa lantai, mal tersebut adalah Ion Orchard. Sebenarnya banyak mal di Orchard Road tapi aku lebih tertarik di Ion Orchard dan Lucky Plaza. Kalau Lucky Plaza, memang arsitekturnya lebih mirip pasar atum versi kecil tapi harganya pun juga lebih murah, secara bukan barang bermerk. Di Singapura ini impianku mengunjungi toko JJ Lin menjadi kenyataan, tapi hanya sekedar melihat dan foto dari luar karena harganya cukup tinggi. Oya, “mas-mas” dan “mbak-mbak” penjaga toko di Singapura cakep-cakep loh. Bahkan yang menjaga di toko JJ Lin lebih cakep daripada JJ Lin-nya.

Makanan di Singapura sebenarnya biasa saja sih, yang enak mungkin Din Tai Fung, Din Tai Fung memang ada di Surabaya tapi ternyata yang di jual berbeda dan rasanya berbeda. Din Tai Fung di Singapura ini ramai sekali, orang mengantre makan seperti mengantre dokter, ada nomer antrean dan itu pun tergantung meja yang kosong, jadi missal si A datang lebih dulu dengan jumlah 3 orang, sedangkan si B datang dengan 2 orang, bila meja yang kosong dahulu adanya yang 2 orang, si B yang akan dimasukkan terlebih dahulu. Serta sambil menunggu, customer dipersilahkan memilih menu. Menu di Din Tai Fung bertuliskan Han Zi, jadi kami agak kesulitan, untungnya kami ingin membeli Xiao Long Bao, jadi kami mencari 3 huruf dengan huruf Xiao yang berarti ‘Kecil’ di buku menu.

Kalau anda ingin puas di USS dan suka dengan permainan saya sangat menyarankan untuk membeli tiket express, tiket biasa antrenya tidak aturan, seharian bisa-bisa Cuma bisa main 3-4 permainan saja. Lama di antreenya. Memang menambah sekitar Rp 200.000 tapi cukup worthed dengan yang di dapatkan. Oya disarankan kalau ingin menghemat pengeluaran, jangan nginap di hotel, lebih baik di apartment saja.

Singapura sangat taat peraturan jadi jangan sekali-kali melanggar peraturan, membuang sampah sembarangan atau tidak memakai sabuk pengaman saat di mobil. Sopir-sopir taksi di sana lebih menyarankan kita jalan kaki bila tujuan kita dekat dibanding naik taxinya, bahkan ada pula yang menyindir, ”Kamu itu masih muda, masa ke sana aja pakai naik taxi.”
Di Floating Market, terinspirasi setelah melihat Running Man


Aku dengan 'Nickhun' di Madame Tussaud Bangkok Thailand

Setelah dari Singapura, kami melanjutkan perjalanan ke Bangkok, biaya hidup di Bangkok kurang lebih sama seperti di Surabaya, tapi lalu lintasnya bokkkk, sangat amat semrawut. Aku tidak tertarik lihat banci show di sana jadi hanya beli barang-barang di sana, baju, sepatu, tas dan beberapa barang di sana jauh lebih bagus dibanding di Surabaya. Aku membeli tas sneaker hanya dengan Rp 45.000, aku pernah lihat di online shop, barang yang sejenis dibandrol Rp 150.000. Ada juga pensil kayu di sana hanya dijual Rp 1500, konon katanya di sini dijual juga tapi di mal dengan harga Rp 50.000. Cuannya orang sini tidak aturan.

Seafood terenak yang pernah aku makan juga ada di Bangkok, bumbunya enak sekali, jimbaran tidak ada apa-apanya, harganya pun tidak ada apa-apanya. Karena tidak ditulis harga di daftar menu, jadi kami memesan sesukanya, eh ternyata di tagihan tertulis 7000 Bhat, bila 1 Bhat adalah Rp 300, silahkan di Rupiahkan sendiri. Setelah insiden makan mewah tersebut, hari-hari berikutnya kami hanya makan KFC.

Entah rasanya kok sering sekali dibohongi di Thailand ini, becak di sana dikenal dengan nama Tuktuk, tapi sopirnya ada di depan, awalnya perjalanan dekat dibandrol 100 Bhat, karena kami tidak tahu harga jadi ya naik saja. Ternyata di hari terakhir di Bangkok ini kami bertemu dengan salah satu Tuktuk dari asosiasi TukTuk, keliling ke sana ke mari Cuma 50 Bhat.

Saat itu aku hangat-hangatnya menonton Running Man yang berkunjung di Thailand, dari sana tertarik untuk mengunjungi floating market, tempat berjualan souvenir tapi konsepnya pasar terapung, kayaknya saat itu dibohongi lagi, perjalanan jauh sekali, mungkin seperti dari Surabaya-Malang, sampai sana menyewa kapal sekitar Rp 1.000.000, semakin tidak aturan saja. Souvenir yang dibeli tidak semahal kapalnya.


Hari terakhir agar tidak menyesal ke Bangkok, aku pun mengunjungi Madame Tussaud, lokasi patung lilin para tokoh-tokoh terkenal.setengah tahun sebelumnya temanku ada yang ke Madame Tussaud belum ada patung lilin Nickhun, setengah tahun setelah aku pergi, sepupuku ke Madame Tussaud dan patung lilin Nikchun sudah raib, cukup beruntung juga aku. Walau banyak hal yang terjadi dan dibohongi, asal kita tidak memikirkannya dan focus enjoy dengan liburan kita tentunya liburan kita akan lebih menyenangkan, biarlah pengalaman tersebut sebagai pedoman kita untuk berpergian di lain hari.

My Birthday

Sudah lama tidak menulis blog. Sebenarnya sebelumnya ada kerjaan di kantor tapi pekerjaan sudah kelar dan jam kantor masih ada 35 menit. Nanggung bila digunakan untuk belajar Toefl, jadi aku refreshing menulis blog saja. 35 menit biasanya bisa jadi 1 – 2 tulisan.

Minggu lalu adalah ulang tahunku yang ke – 22. Tidak disangka usiaku sudah 22 tahun, karena selama ini di keluarga sudah kerasa paling kecil. Dulu bayanganku usia 20an sudah lah mandiri, tapi ternyata tidak juga. Jika mengingat masa kecil, sangat mengidam – idamkan hari ulang tahun, bahkan kerap kali menghitung countdown sejak sebulan sebelumnya. Sedangkan semakin dewasa kita, akan merasa ulang tahun bukan suatu hal yang wah. Walaupun saat hari H aku akan tersadar bahwa hari yang sama akan dating 365 hari lagi.

Saat kecil ultahku pernah beberapa kali dirayakan di sekolah. Entah jaman sekarang apakah kalau ada yang ulang tahun, tetap dirayakan di sekolah. Teringat saat kelas 1 SD, ulang tahunku dirayakan di kelas bersama teman – teman. Padahal beberapa bulan sebelumnya aku kecelakaan karena bermain api kompor yang ada di dapur, alhasil tubuhku saat itu terbakar dari ketiak sebelah kanan dan sedikit mengenai wajah. Sejak saat itu aku takut dengan api baik dari korek api maupun dari kompor. Padahal sebelumnya sering ikut nimbrung di dapur sambil mengupas bawang. Kalau sekarang masih sedikit trauma dengan api tapi hanya api dari korek api sih, jadi tidak berani menyalakan korek api dari korek api gas. Tapi aku bersyukur semua teman – teman saat itu juga terlihat gembira saat ultahku dirayakan di kelas. Walau saat perpisahan tahunan, aku yang biasanya terpilih untuk menari tradisional, terpaksa absen oleh karena luka bakarku tersebut.

Kelas 4 SD mamaku mau berangkat ke Amerika, jadi ulang tahunku dirayakan di KFC (biasanya selama 3 tahun tidak pernah dirayakan). Aku mengundang teman-teman SD, ceceku juga mengundang beberapa temannya. Sepulang dari acara di KFC, aku diajak bermain timezone oleh papa dan mamaku, saat itu aku cukup lihai bermain game koin yang dijatuhkan, beberapa kali dapat jackpot, aku menukar tiket dengan boneka kodok seukuran 15 cm yang kuberi nama froggie.

Hari – hari ulang tahunku berikutnya tidak begitu berkesan, karena memang dirayakan bersama keluarga besar sih karena memang hari ulang tahunku hanya selisih 2 hari dengan hari ulang tahun nyaung (opa) ku, sampai dengan nyaungku tidak ada saat aku berusia 15 tahun.

Ulang tahun ke 17 aku mengadakan makan – makan biasa saja dengan teman – temanku. Tidak terlalu special karena makanan seharusnya keluar bergantian, tapi malah dikeluarkan bertubi – tubi oleh pihak restoran.

Usia 19 tahun, ulang tahunku disambut oleh teman-teman sipil 09 dengan datang ke rumah dan kami sama – sama menuju UKP untuk mendengarkan pengumuman keanggotaan fungsionaris Himasitra, jujur sebenarnya agak kecewa karena aku tidak bisa masuk departemen yang aku harapkan.

Usia 20 tahun bisa jadi acara paling gila, karena aku ikut BBQ di rumah Panita, dan aku tidak menyangka ternyata teman – teman menyadari kalau saat itu ulang tahunku. Awalnya diberi kue tart dan tiup lilin, tapi ujung – ujung nya aku disiram fanta sehingga terjadi insiden kejar – kejaran di perumahan antara aku, Gok, Lucky, Ivan Mondi, Leman, dll (tidak bisa disebutkan satu per satu). Tapi aku memutuskan mengejar Gok karena menurutku dia yang larinya paling lambat. Setelah mengejar cukup jauh, kami ber 2 sama – sama kecapaian dan tersesat alhasil dijemput motor oleh teman – teman. Sejak saat itu aku seakan – akan dinobatkan sebagai Koordinator Keamanan Civil Camp yang berikutnya.

Usia 21 tahun aku mendapatkan hadiah yang tidak terduga dari ceceku. Sebuah blackberry. Aku sebelumnya membenci BB, dan aku tidak masalah sih punya BB asal dikasih. Tapi aku sungguh tidak pernah menyangka aku diberi kado BB.

Usia 22 tahun aku sudah tidak tertarik menunggu sampai pukul 00.00, jadi aku memutuskan mematikan wifi dan tidur jam setengah 12 karena memang saat itu cukup ngantuk. Aku tidak berpikir akan diberi surprise oleh teman – teman. Sepulang dari les Toefl, aku menemani teman – teman untuk makan malam di kwetiau Asean, dan tidak menyangka ternyata ada Icha, Tephen dan Bebek yang ikut datang membawa kue tart berbentuk Shaun The Sheep. Aku memang suka sekali dengan Shaun The Sheep.


Aku bersyukur karena selama 22 tahun ini sudah mengenal banyak teman – teman bahkan sahabat yang luar biasa. Aku bisa bertumbuh menjadi lebih baik dan belajar banyak hal saat di sipil. Kepercayaan diriku menjadi tumbuh, karena saat kecil aku adalah anak yang rendah diri dan penakut. I hope tomorrow will be better than today.

My Office Life

Bisa dibilang aku terlambat memperkenalkan orang – orang di kantorku. Sebenarnya aku tidak berencana bekerja di kantor ini, saat semester 7 dan disibukkan oleh skripsi, aku mendapat tawaran menjadi estimator dari seorang adik kelas angkatan 2011 namanya Lydia, katanya ada perusahaan yang mencari estimator, aku pun ingin tahu, apakah bisa bekerja sambil menjalankan kuliah. Aku pun membuka website perusahaan tersebut dan ternyata perusahaan tersebut adalah kontraktor baja di daerah Kendangsari. Aku tertarik karena lowongan yang kosong adalah estimator dimana aku memang merasa paling bisa di estimasi dan menghitung volume, walau aku agak lupa bagaimana mengestimasi bangunan baja. Yang kedua karena lokasinya relative dekat dengan rumahku yaitu 6,5km. Jadi aku iseng mengirim email dan bertanya apakah bisa disambi kuliah sambil aku meninggalkan nomer handphoneku agar bisa dihubungi.

Tapi karena tidak ada tanggapan dan semakin sibuk dan banyaknya hal yang harus aku kerjakan di skripsi aku pun lupa aku pernah mengirim email ke perusahaan tersebut. Awal bulan Desember saat hendak makan siang bersama Icha, di depan stand soto uduk, aku tiba – tiba ditelepon dari nomer tak dikenal. Oleh karena suasana kantin P rame sekali, aku pun tidak mengerti siapa yang menelepon dan orang tersebut mengatakan apa. Ternyata yang meneleponku adalah dari perusahaan yang aku kirim email kapan hari, aku langsung disuruh wawancara keesokan harinya sambil membawa CV, surat lamaran dan transkrip terbaru. Cukup shock, tapi aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, aku pun segera melengkapi semua kelengkapan dan keesokan harinya aku ke kantor tersebut, sempat sedikit terlambat beberapa menit karena tersesat karena memang kantor tersebut tidak ada tulisan nama kantornya dan nomernya berada di dalam.

Saat datang, menunggu cukup lama baru disuruh ke atas untuk tes, tes yang diberikan meliputi perhitungan logika yang harus didasari dengan pengetahuan sipil seperti misalnya, ada ruangan sekian m2, keramik berapa m2 yang harus saya pesan? Ada sekitar 10 pertanyaan logika. Lalu ada perhitungan volume pondasi setempat dan pondasi batu kali, yang dihitung adalah volume batu, beton, bekisting, dan tulangan. Walau terlihat simple, tapi dibutuhkan kreatifitas matematika pula. Oleh karena aku memang suka hal yang berbau matematika 3 dimensi, aku pun berhasil menjawab soal tersebut dengan indah. Berikutnya sembari hasil hitunganku diperiksa, aku disodori soal lagi yaitu menghitung penjumlahan 4-5 bilangan yang berisi 13-14 digit dengan kalkulator 10 digit, ada 4 soal dan waktu mengerjakannya 10 menit. Oleh karena aku suka matematika, aku pun menyelesaikan soal tersebut dengan indah. Setelah itu aku wawancara dengan salah satu bos yaitu Pak Himawan, ternyata beliau adalah partner tugas baja dan betonnya Bu Ratna serta partner TA nya Pak Hurijanto. Saat dilihat hasil tesku ternyata aku ada 2 kesalahan yaitu di perhitungan keramik tadi karena aku tidak mengerti dengan satuan beli keramik dan menghitung bunga bank. Tapi overall cukup baik. Saat itu aku jujur tidak siap mengenai salary berapa yang aku inginkan, jadi aku shock saat tiba – tiba ditanyai mengenai salary. Aku pun memasang tarif rendah saat itu karena tidak tahu pasaran salary nya. Setelah itu aku dirujuk untuk melakukan psikotest di Ubaya. Saat psikotest cukup asyik karena seperti test IQ.

Tak lama berselang setelah psikotest, aku pun diterima di perusahaan tersebut, senang awalnya, karena aku merupakan salah satu lulusan 3,5 tahun yang mendapat pekerjaan terlebih dahulu. Saat datang lagi ke sana aku pun bilang bahwa sedang persiapan siding dan revisi jadi baru bisa mulai bekerja tanggal 4 Februari (sebenarnya aku berlibur dengan teman-teman ke Bali pada akhir Januari sampai awal Februari), awalnya seingatku, kami pulang dari Bali tanggal 3 Februari, ternyata aku salah tanggal karena mereka mendapat harga tiket murah tanggal 5 Februari, jadi kami dipesankan pulang tanggal 5 Februari. Aku sudah terlanjur bilang mulai masuk tanggal 4. Awalnya aku mau pulang sendiri tanggal 4 nya tapi tiketnya cukup mahal, akhirnya aku beranikan diri untuk mendatangi kantor dan meminta izin baru masuk tanggal 6 dan syukurlah, permintaanku dikabulkan.

Awal mulai bekerja, aku tidak mendapat pekerjaan sama sekali. Aku pun cukup canggung karena orang – orang kantor sudah berusia semua. Ada beberapa yang masih muda, tapi selisihnya denganku cukup jauh. Dan yang aku merasa tidak nyaman adalah adanya gap dalam kantor, ya aku menyadari dimanapun aku berada pasti akan ada gap, tapi aku melihat kehidupan kampus lebih menyenangkan karena walau memang ada gap tapi gap tersebut tidak saling menjatuhkan.

Sekitar 1 bulan setelah bekerja, aku sudah mulai banyak diserahi kerjaan. Aku cukup kagok dengan menggunakan SAP, menghitung simple saja membutuhkan waktu seharian, aku pun bingung-bingung sendiri saat disuruh menghitung volume. Kalau menurutku itu hanya mengenai kebiasaan saja. Saat gajianpun ternyata aku diberi sedikit lebih banyak salary dari yang aku minta tapi tetap saja lebih rendah dibanding rekanku yang lain. Sempat berpikir untuk pindah kerjaan, tapi aku memutuskan bertahan karena sebenarnya para PM yaitu Pak Melky, Ko Bagio, Ko Bonny dan Pak Jemmi orangnya baik-baik, ke empat bos pun seperti Pak Haryanto, Pak Himawan, Pak Sandjaja dan Pak Singgih baik dan tidak neko-neko. Peraturan tidak terlalu mengekang, makanan cukup murah, dan lokasi yang cukup dekat dengan rumah. Sempat ada beberapa tawaran pekerjaan yang salarynya lebih tinggi tapi aku tolak karena menurutku aku masih butuh belajar, sedangkan di tawaran kerja tersebut, aku sudah diserahi tanggungjawab yang lebih tinggi. Dan lagi aku masik optimis aku akan studi lanjut di Taiwan, jadi waktuku di Surabaya tidak akan lama.


Sebenarnya dimana pun kita ditempatkan, belajarlah untuk selalu bersyukur dan tidak menyesali pilihan kita. Jangan lihat ke atas, tapi lihatlah ke bawah. Mengambil hikmah positif dari yang kita pilih.