Senin, 26 Agustus 2013

Sepenggal Kisah Perjuangan di Teknik Sipil

Saat PRS semester 4 kalau tidak salah, ada teman saya yang tidak bisa datang perwalian karena ada acara keluarga di luar negeri, saya pun diminta tolong untuk mewakili, dan ternyata saya baru sadar ternyata teman saya itu merupakan mahasiswa yang mendapat surat peringatan dari Sekretaris Jurusan karena nilainya tidak cukup bagus. Saat menghadapi dosen walinya pun, ternyata beliau marah habis – habisan dan sedikit menjelek-jelekan teman saya tersebut. Saya merasa tidak tega sebenarnya bila menceritakan apa yang diucapkan dosen walinya tersebut pada teman saya, saya hanya berpesan sama teman saya tersebut, kamu harus bisa menunjukan pada dosen walimu bahwa nilaimu bisa lebih baik lagi dan saya menawarkan mengajarinya beberapa mata kuliah. Semester 4 saya mengambil mata kuliah Rekayasa Pondasi dan ternyata saya sekelas dengan temannya kakak saya yang angkatan 2006. Saat UAS, mereka mengajak saya belajar bersama, saya pun setuju dan saat belajar bersama saya melihat bahwa dasar teorinya pun mereka masih belum paham, akhirnya kami sama-sama belajar lagi dari awal. Di sela-sela belajar bersama tersebut tiba-tiba ada seorang yang nyeletuk, “Dulu aku yang ngospeki Maba sekarang Mabanya belajar bersama-sama dengan aku”. Saat saya telusuri ternyata dia dulunya juga seorang mahasiswa aktif yang juga sempat menjadi BPMF. Saat itu saya yang masih berlabelkan fungsionaris Hima saat itu seperti tertampar dan berpikir,”Dulu koko ini yang melayani mahasiswa Sipil, sekarang bahkan Hima tidak menyadari ada koko ini yang butuh bantuan”, lebih tertampar lagi saat mengetahui bahwa bila koko tersebut tidak lulus Rekayasa Pondasinya maka dia tidak bisa sidang akhir dan molor lagi. Saat itu saya tidak peduli, pokoknya kami harus bisa Rekayasa Pondasinya. Dari kedua kisah tersebut saya menyadari bahwa tampaknya kita sudah berdiri teguh, kita merasa diri kita baik – baik saja tapi kita tidak menyadari bahwa banyak yang membutuhkan kita juga. Pelajaran teknik sipil yang menurut saya sulit lah yang membukakan mata saya untuk bisa saling membantu satu dengan yang lainnya.

Tes TOEFL Prediction yang Bisa Diprediksi

Aku selama 2 bulan kemarin mengikuti les TOEFL PBT agar dapat meningkatkan nilai TOEFL ku karena memang TOEFL merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan beasiswa di Taiwan, minimum 500 walau tidak tertulis secara langsung. Di les-lesan tersebut mendapat gratis test Toefl Prediction di akhir dari pembelajaran. Selama di kantor seminggu sebelum tes aku benar – benar free dan nganggur jadi aku gunakan waktuku seminggu di kantor untuk belajar otodidak, kebetulan aku habis membeli 2 buku, yang satu buku bekas yang aku beli di Kampoeng Ilmu dengan harga Rp 20.000 saja. Tapi justru buku itulah yang menurutku sangat berguna. Ada 8 soal latihan beserta kunci jawaban dan penjelasannya dan aku menemui banyak hal yang belum dipelajari saat aku les, terlebih untuk structure. Tapi aku mudah sekali mengantuk dan bosan tapi menurutku perkembangan 1 minggu itu cukup baik, terbukti salahku di structure berkurang walau sedikit dan readingku sudah bisa memahami cara menjawab walau belum bisa cepat mengerjakan. Malam sebelum Tes Prediction di les-lesan, aku belajar latihan soal structure dengan teman-teman di salah satu restoran Fast Food. Kami mengerjakan soal dari internet dengan mewaktui sendiri yaitu 25 menit. Setelah itu kami membahasnya bersama-sama. Memang aku yang paling tidak bisa Inggris, walau sudah belajar selama 1 minggu secara otodidak di kantor tetap saja tidak secanggih mereka. Padahal yang canggih tidak berencana ke luar negeri. Feeling mereka sudah cukup baik dalam menjawab, sedangkan aku harus mengandalkan hafalan beberapa rumus yang memang sudah aku tulis ulang di catatanku, maka dari itu aku tidak bisa mengerjakan secara express juga. Di resto tersebut juga sempat bertemu dengan Ko Aron yang merupakan kakak kelas yang berhasil studi lanjut di tempat tujuanku di Taiwan tersebut. Tapi memang sih Ko Aron adalah IPK terbaik angkatan 2008, sedangkan aku cumlaude saja tidak dapat, dibandingkan Septian dan Maria yaitu adik kelas yang berencana untuk studi lanjut ke Taiwan juga, IPKku juga lebih rendah dari mereka. Kadang aku pun menyesali mengapa aku tidak bisa optimal di awal-awal semesterku dan mengapa malah Kredit Point ku yang terlalu overdosis. Saat keesokan harinya, begitu shocknya ternyata soalnya sama persis dengan latihan kami kemarin, sayangnya kami hanya mengerjakan structurenya saja. Listeningnya menurutku cukup susah dan readingnya sebenarnya tidak terlalu susah tapi waktunya tidak nutut. Sedikit merasa kecewa karena hasilnya pasti tidak valid, karena dalam mengerjakan structure aku hanya berpatok pada hafalan jawaban kemarin. Sebenarnya agak kecewa sih dengan les-lesan yang ini, aku berencana belajar sendiri lagi awalnya sampai tes ITP Aminef yang diakui tersebut, tapi papaku menyuruhku untuk les lagi. Aku pun mencari info lagi mengenai di mana les TOEFL PBT ITP yang bagus dan tidak terlalu mahal, karena memang sudah jarang dan ada pun biasanya mahal. Beberapa hari lalu, teman seperjuanganku di P3KMABA yang menjadi Koordinator Acara P3KMABA 2012, Celia tiba-tiba meminta data-data P3KMABA tahun lalu saat aku menjadi sekretarisnya, iseng-iseng pun aku tanya padanya dimana les TOEFL PBT yang bagus dan tidak terlalu mahal, karena dia memang sudah di Belanda yang pastinya pernah belajar TOEFL atau IELTS. Dia tahu yang bagus tapi tidak tahu harganya dan dia memberiku nomer teleponnya, setelah aku telepon ternyata lesnya hanya 13 hari saja tapi seharinya 3,5jam dan dari hari Senin-Jumat. Lokasinya pun dekat dengan rumahku yaitu di Araya. Semoga ini salah satu kunci untuk dapat membuka salah satu dari gembok pintu cita-citaku.

Every Simple Thing Made Us Learn

Sudah lama sekali tidak menulis blog, di kantor tidak terlalu sibuk tapi aku gunakan untuk belajar TOEFL, judul di atas benar tidak ya grammarnya? :p Setidaknya belajar TOEFL membuatku sedikit lebih percaya diri untuk menulis dalam bahasa Inggris, kecuali di blog tidak dulu kayaknya, karena aku men-translate motivation letterku saja butuh waktu 4 jam, padahal hanya mentranslate karena aku sudah membuat kata – kata dalam bahasa Indonesianya. Itu pun hanya selembar HVS A4 saja. Sebenarnya seminggu ini tidak bisa terlalu banyak belajar TOEFL karena aku mendapat job sampingan lagi menghitung volume. Entah mengapa aku cukup percaya diri walaupun sebenarnya tidak, dalam menerima job menghitung volume (asal denah dan tenggat waktunya masuk akal). Clientku kali ini adalah teman kuliahku, mereka 4 orang bersama – sama merger untuk membuat suatu perusahaan kontraktor, bisa jadi ini adalah proyek pertama mereka dalam penawaran. Mereka sebenarnya bisa menghitung sendiri, toh background mereka juga sipil tapi mungkin waktu yang terlalu mepet dan mereka baru saja lulus jadi belum ada pengalaman menghitung volume secara kilat maka minta bantuanku. Belajar dari pengalaman menghitung volume vila, aku pun minta lihat dulu denahnya bagaimana, setelah aku melihat denahnya dan bertanya deadline nya yang sekitar 5 malam, aku pun berani menerima tawaran tersebut, karena memang denahnya masih masuk akal. Melihat denah yang lebih simple, maka aku pun memakai kesempatan kali ini untuk membuat suatu format analisa versiku (sebelumnya aku menggabungkan format analisa orang – orang jadi tampak berantakan dan tidak bisa digunakan untuk proyek berikutnya lagi). Hal inilah yang membuat waktu kerja yang seharusnya bisa lebih singkat menjadi agak lebih lama, bahkan malam terakhir deadline pun aku baru tidur saat orang – orang pada sahur. Tapi aku cukup puas karena aku memiliki format sendiri, yaitu format system hitung di quantity sheet yang aku secara tidak sengaja mempelajari saat dapat job hitung vila dan sekarang aku memiliki format analisa harga satuan sendiri. Tidak dapat dipungkiri, untuk membuat suatu format seperti itu awalnya memerlukan effort waktu dan tenaga yang lebih banyak, tapi memang terbukti aku bisa menghitung volume secara kilat setelah itu. Menghitung volume pekerjaan struktur 2 buah ruko dalam 3 jam aku tidak pernah memikirkan sebelumnya bisa menghitung secepat itu. Menghitungkan 3 clientku ini memang effortnya tidak tidur, dimarahi karena harga kurang cocok, perhitungan tidak presisi, tapi aku belajar di tiap casenya. Client pertama aku jadi mengerti, bahwa spek material untuk tiap jenis proyek tidaklah sama, seperti rumah, ruko, gudang, bahkan rumahpun tergantung ukurannya juga. Karena tidak dapat dipungkiri, ke 3 clientku sama – sama tidak ada list harga material dan upah. Tentu sedikit kelabakan, untung ada internet dan tugas Bipro, jadi harganya aku bisa menyesuaikan dari sana. Client keduaku merupakan tugas tergila yang aku dapatkan sampai saat ini. Menghitung 2 type vila bertingkat dalam waktu hanya 7 hari dengan spek material yang tidak lazim. Dari sana aku dituntut harus dapat menghitung express dan secara tidak sengaja aku menemukan cara tersebut. Kadang aku puas sendiri dengan cara perhitungan expressku itu. Client ketiga aku mulai membuat standratisasi dari analisaku dan aku merasa puas bahwa analisaku tidak asal – asalan lagi dan aku memiliki standart untuk proyek yang berikutnya. Menjadi seorang estimator sebenarnya menyenangkan tapi susah dijalani karena bakal tidak tidur.