Jumat, 18 Oktober 2013

Bromo with Kelekers

Setelah kembali dari Jogja Solo, aku meluangkan sehari kosong untuk istirahat dan mengurus surat rekomendasi. Tapi malamnya bersiap-siap untuk melakukan next trip yaitu Bromo. Kami ber 8 saat ke bromo dengan Lucky sebagai pelopor merangkap sopir. Sebenarnya takut juga loh disopiri Lucky karena dia baru 4 bulan bisa menyetir dan medan di bromo itu cukup extreme, aku sendiri saja tidak berani menyetir ke Bromo. Tapi karena takut menyakiti perasaannya jadi aku hanya berdoa dan berserah kepada Tuhan. Kami berkumpul di SWK, aku, aeli dan SS dijemput bebek, sebelumnya aku tidak tahu dijemput jam berapa jadi sekitar jam 5 aku tiduran dulu dan sekitar setengah 6 Aei Li memberitauku untuk dijemput jam setengah 7. Jelas kaget bukan main aku, badan belum sempat tidur sudah disuruh siap mepet begitu, jadi aku buru-buru mandi dan menyemil makanan sedikit, alhasil aku sudah siap jam 6.20. aku tunggu sampai jam 8 tak kunjung datang si bebek, bahkan sampai aku main pokopang naik level, si bebek belum juga menunjukkan batang hidungnya. Sebel banget, karena tau gitu waktunya aku gunakan untuk tidur saja, dan memang benar aku baru dijemput jam setengah 9. Sebelumnya kami makan malam indomie daerah swk gara-gara Ratna ngidam, padahal kemarinnya kami baru saja makan mie instan di kereta. Agak sedikit bersalah karena minggu itu aku sering makan mie instan. Akhirnya baru benar-benar cabut pukul 22.00. Perjalanan cukup panjang ke bromo, apalagi jalanan begitu gelap dan saat mendekati lokasi, kerap kali aku bilang “woles” karena untuk memastikan juga agar Lucky safety riding. Tapi ternyata aku terlalu meremehkan Lucky, buktinya kami dengan aman sampai di lokasi, di sana masih sekitar jam 2.30 dan ternyata waktu yang tepat untuk cus lihat matahari terbit adalah jam 3.30 berangkat dari lokasi kami saat itu. Jadi kami gunakan waktu tersebut untuk tidur. Udara di sana dingin sekali, aku berbaju lapis 3 pun masih kedinginan, akhirnya aku membeli masker dan sarung tangan, ternyata tidak terlalu mahal juga. Sebenarnya kakiku sekembali dari Joglo masih belum pulih sih, tapi ya tetap dijalani saja di bromo ini. Kami menyewa Hardtop 2 unit, masing-masing di banderol 700 ribu. Sedangkan 1 unit cuma diisi 4 orang, lumayan mahal memang. Destinasi pertama kali yaitu ke puncak penanjakan untuk melihat sun rise, ternyata hardtop-hardtop banyak sekali saking banyaknya sampai masih tetap harus jalan menanjak ke spot yang diinginkan. Jalannya lumayan jauh lagi. Sampai di sana sudah banyak sekali orang dan bersesak-sesakan, kami saja dapat spot yang dekat toilet sambil berdesak-desakan. Tapi ternyata menunggu sun risenya masih lama, tidak keluar-keluar, aku sampai sempat ketiduran di saat teman-temanku asik selca padahal itu posisiku lagi berdiri dan berdesak-desakan loh, masih bisa ketiduran !!! Setelah melihat sun rise, saat akan kembali ke hardtop kami, kami mampir beli kentang godok. Lumayan enak loh apalagi untuk mengganjal perut. Setelah itu kami menuju daerah kawah, tapi hardtop Cuma berhenti sampai padang pasir dan kami masih harus berjalan sekitar 2 km. tapi tidak terlihat jauh jadi kami memutuskan untuk tetap berjalan. Sampai di kaki kawah stamina sudah lumayan habis, dan kami kehilangan jejak Aei Li, Ratna dan bebek jadi kami mendaki ber 5. Ngos-ngosan banget akumulasi berjalan ini. Yanto saja perlu effort yang tinggi, setelah mendekati masih harus naik tangga berjumlah kurang lebih 250 anak tangga. Kakiku sudah tidak berbentuk, di atas ternyata rame sekali, kami sempat berfoto-foto sedikit. Setelah selesai, aku memutuskan menyewa kuda 25ribu saja sampai pura. Tapi malang nian, kalau naik kuda saat menuruni gunung aku sangat tidak merekomendasikan karena menakutkan dan terasa tidak seimbang malah aku harus menjaga keseimbangan dan bokong serasa dipukul berkali-kali. Setelah sampai di pura kami tetap harus berjalan beberapa meter sampai hardtop kami, oya di padang ini ada banyak ranjau kotoran si kuda loh. Jadi harus hati-hati. Setelah itu kami menuju bukit teletubies yang konon katanya, bentuk bukit ini mirip seperti bukit di teletubies, tapi ternyata tidak ada menariknya sama sekali, jadi kami beli bakso di sana karena lapar, tapi ternyata baksonya selain tidak enak, isinya kanji saja dan dibumbui deburan-deburan debu sungguh sangat tidak menyenangkan. Setelah itu kami memutuskan untuk kembali. Oleh-oleh yang di dapat dari bromo ini adalah, patahan kaki (karena terlalu capek), mata lebam (karena kurang tidur), rambut dan tangan kasar (karena kena debu), tapi juga perasaan happy bisa pergi bersama teman-teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar