Jumat, 25 Oktober 2013

When I was a kid, I wish I could be a doctor because doctor can help others. When I was in elementary school, my grade was good enough so my father allowed me to enter Petra 3 Christian Junior High School, a well known school in my hometown. Because the school is highly competitive, I realized that I couldn’t stand by myself, I should maintain good relationship with other people. When I was in High School, I realized that my biology grade was not good enough, so I thought it would be difficult to be a doctor, I finally gave up my dream to be a doctor. Then I decided to study Civil Engineering since I deeply interested math and drawing perspective. Civil Engineering is known as the most difficult major in Petra Christian University, I know it will be difficult so I planned to finish my study in 4,5 years (normally 4 years), I didn’t have a good plan when I started my bachelor degree, I just though to pass my classes, I didn’t think to have an excellent grade. I know study in Civil Engineering is not easy, I must study together with my friends. Civil Engineering students are known as an unified group and I can recognize the true friendship when I became a civil engineering student. When 4th semester, I realized that I could pass my study within 4 years, so I changed my plan to be graduated in 7th semester. I know I wasn’t an excellent student, but I know there are a lot of my friends that need my help. I think, I better help other to study than I must study alone to get excellent grade. Some of my friends must face college life with struggle, I feel peaceful when I could teach and help them. In 5th semester, I chose Management Construction Department because I want to learn more about actual condition in project, there are many factors can be happened in project, so is in our life. I want to learn about how to face some risks, how to make decision, how to plan something well, how to manage something and how to help others. In 6th semester I could reach my highest GPA of semester, I have never realized that I could reach 3,93 for my GPA of semester. When I tried to count my grade, I realized that I couldn’t get cumlaude predicate if I took my study for 7 semesters, but I still stick on my plan, I still choose finishing my study for 7th semesters and then I worked to General Contractor Company. I want to get work experience first than I apply for study in master degree, because for me, experience is more essential than excellent grade.

Jumat, 18 Oktober 2013

Bromo with Kelekers

Setelah kembali dari Jogja Solo, aku meluangkan sehari kosong untuk istirahat dan mengurus surat rekomendasi. Tapi malamnya bersiap-siap untuk melakukan next trip yaitu Bromo. Kami ber 8 saat ke bromo dengan Lucky sebagai pelopor merangkap sopir. Sebenarnya takut juga loh disopiri Lucky karena dia baru 4 bulan bisa menyetir dan medan di bromo itu cukup extreme, aku sendiri saja tidak berani menyetir ke Bromo. Tapi karena takut menyakiti perasaannya jadi aku hanya berdoa dan berserah kepada Tuhan. Kami berkumpul di SWK, aku, aeli dan SS dijemput bebek, sebelumnya aku tidak tahu dijemput jam berapa jadi sekitar jam 5 aku tiduran dulu dan sekitar setengah 6 Aei Li memberitauku untuk dijemput jam setengah 7. Jelas kaget bukan main aku, badan belum sempat tidur sudah disuruh siap mepet begitu, jadi aku buru-buru mandi dan menyemil makanan sedikit, alhasil aku sudah siap jam 6.20. aku tunggu sampai jam 8 tak kunjung datang si bebek, bahkan sampai aku main pokopang naik level, si bebek belum juga menunjukkan batang hidungnya. Sebel banget, karena tau gitu waktunya aku gunakan untuk tidur saja, dan memang benar aku baru dijemput jam setengah 9. Sebelumnya kami makan malam indomie daerah swk gara-gara Ratna ngidam, padahal kemarinnya kami baru saja makan mie instan di kereta. Agak sedikit bersalah karena minggu itu aku sering makan mie instan. Akhirnya baru benar-benar cabut pukul 22.00. Perjalanan cukup panjang ke bromo, apalagi jalanan begitu gelap dan saat mendekati lokasi, kerap kali aku bilang “woles” karena untuk memastikan juga agar Lucky safety riding. Tapi ternyata aku terlalu meremehkan Lucky, buktinya kami dengan aman sampai di lokasi, di sana masih sekitar jam 2.30 dan ternyata waktu yang tepat untuk cus lihat matahari terbit adalah jam 3.30 berangkat dari lokasi kami saat itu. Jadi kami gunakan waktu tersebut untuk tidur. Udara di sana dingin sekali, aku berbaju lapis 3 pun masih kedinginan, akhirnya aku membeli masker dan sarung tangan, ternyata tidak terlalu mahal juga. Sebenarnya kakiku sekembali dari Joglo masih belum pulih sih, tapi ya tetap dijalani saja di bromo ini. Kami menyewa Hardtop 2 unit, masing-masing di banderol 700 ribu. Sedangkan 1 unit cuma diisi 4 orang, lumayan mahal memang. Destinasi pertama kali yaitu ke puncak penanjakan untuk melihat sun rise, ternyata hardtop-hardtop banyak sekali saking banyaknya sampai masih tetap harus jalan menanjak ke spot yang diinginkan. Jalannya lumayan jauh lagi. Sampai di sana sudah banyak sekali orang dan bersesak-sesakan, kami saja dapat spot yang dekat toilet sambil berdesak-desakan. Tapi ternyata menunggu sun risenya masih lama, tidak keluar-keluar, aku sampai sempat ketiduran di saat teman-temanku asik selca padahal itu posisiku lagi berdiri dan berdesak-desakan loh, masih bisa ketiduran !!! Setelah melihat sun rise, saat akan kembali ke hardtop kami, kami mampir beli kentang godok. Lumayan enak loh apalagi untuk mengganjal perut. Setelah itu kami menuju daerah kawah, tapi hardtop Cuma berhenti sampai padang pasir dan kami masih harus berjalan sekitar 2 km. tapi tidak terlihat jauh jadi kami memutuskan untuk tetap berjalan. Sampai di kaki kawah stamina sudah lumayan habis, dan kami kehilangan jejak Aei Li, Ratna dan bebek jadi kami mendaki ber 5. Ngos-ngosan banget akumulasi berjalan ini. Yanto saja perlu effort yang tinggi, setelah mendekati masih harus naik tangga berjumlah kurang lebih 250 anak tangga. Kakiku sudah tidak berbentuk, di atas ternyata rame sekali, kami sempat berfoto-foto sedikit. Setelah selesai, aku memutuskan menyewa kuda 25ribu saja sampai pura. Tapi malang nian, kalau naik kuda saat menuruni gunung aku sangat tidak merekomendasikan karena menakutkan dan terasa tidak seimbang malah aku harus menjaga keseimbangan dan bokong serasa dipukul berkali-kali. Setelah sampai di pura kami tetap harus berjalan beberapa meter sampai hardtop kami, oya di padang ini ada banyak ranjau kotoran si kuda loh. Jadi harus hati-hati. Setelah itu kami menuju bukit teletubies yang konon katanya, bentuk bukit ini mirip seperti bukit di teletubies, tapi ternyata tidak ada menariknya sama sekali, jadi kami beli bakso di sana karena lapar, tapi ternyata baksonya selain tidak enak, isinya kanji saja dan dibumbui deburan-deburan debu sungguh sangat tidak menyenangkan. Setelah itu kami memutuskan untuk kembali. Oleh-oleh yang di dapat dari bromo ini adalah, patahan kaki (karena terlalu capek), mata lebam (karena kurang tidur), rambut dan tangan kasar (karena kena debu), tapi juga perasaan happy bisa pergi bersama teman-teman.

Menganggur di Kantor adalah Hal yang Tidak Menyenangkan

Mungkin kalau anda belum bekerja anda akan berpikir enak ya di kantor nganggur cuma nunut ngadem. Padahal menganggur di kantor adalah hal yang paling aku benci saat ada di kantor. Lebih baik banyak kerjaan daripada menganggur. Tapi susahnya jadi seorang estimator adalah kerjaannya musiman jadi kadang sibuk sekali tapi kalau lagi nganggur ya nganggur sekali. Dulu waktu senggang aku gunakan untuk belajar TOEFL, sekarang bahkan sungkan kalau mau main karena kelihatan bosnya. Jika anda berpikir menganggur di kantor adalah hal yang menyenangkan maka anda salah besar !!!

Dilema dalam Mendaftar di NTUST

Banyak sekali ketakutan yang aku alami dalam mendaftarkan diri di NTUST, walau aku tahu untuk dapat diterima di NTUST sebenarnya tidak susah, tidak ada batasan IPK dan TOEFL tapi yang menjadi masalahnya adalah yang akan mendaftar bersamaku ini merupakan bibit-bibit unggul di teknik sipil UK Petra, bayangkan IPku walau tidak cumlaude ini merupakan IP yang paling jelek yang mau mendaftar dari UK Petra, TOEFLku pun berantakan, selain itu yang mau mendaftar semuanya cumlaude dan merupakan aslab. Kadang aku berpikir, kenapa untuk dapat mendapatkan kebahagiaan, sulit sekali perjuangannya dan ternyata yang aku peroleh selama ini belumlah cukup memuaskan. Yang hanya bisa aku perbaiki hanyalah nilai TOEFL itupun aku tidak yakin dapat memperbaikinya sampai seberapa pun. Maka dari itu aku berpura-pura tidak tahu siapa lawan-lawanku dan tetap melakukan yang terbaik. Jika memang Tuhan berkehendak maka jadilah

Seberapa Pentingnya Les?

Aku akan bercerita di luar TOEFL, karena aku yakin aku saja yang menjalani sudah cukup muak apalagi dengan yang membacanya. Sekarang aku akan membuat topic mengenai les pelajaran saat masih di jenjang sekolah. Saat sudah masuk di bangku kuliah, mungkin masalah bagi para mahasiswa adalah mereka tidak biasa untuk belajar mandiri, tapi hal tersebut sama sekali bukan masalah bagi aku karena aku memang tidak pernah les sejak TK, pernah sih, waktu TK ikut ekskul bahasa Inggris karena ikut-ikutan doank, SD pernah setahun ikut les privat tapi malah rankingku turun dan SMA pernah les matematika untuk olimpiade selama beberapa bulan. Lain dari itu tidak pernah, boro-boro les music atau bahasa, les pelajaran mafia sekolah saja tidak pernah. Jadi aku sudah biasa belajar sendiri. Sebenarnya waktu SD aku tidak mempermasalahkan aku tidak les, karena memang persaingan di SD ku cukup mudah, belajar matematika cuma buka buku 5 menit sudah bisa ranking 1 atau 2. Tapi itu dulu, saat aku SMP aku menyadari diriku tidak sejenius itu. SMP aku masuk di sekolah favorit Petra 3, susah untuk masuk sekolah ini tapi susah juga keluarnya. Walau jaman SMP ini merupakan jaman terburuk dalam hidupku tapi di jaman inilah ada titik balik kehidupanku, aku yang dulunya sombong dan merasa paling pintar sekarang merasa aku hanyalah siswa biasa tidak ada yang bisa aku banggakan, tapi gawatnya seorang siswi SMP adalah masa akil balik jadi aku benar-benar minder dengan diriku saat SMP, stress karena nilai, stress tidak punya teman, stress penampilan. Dulu waktu aku SMP culun sekali loh, gemuk, rambut belah bokong dan pakai kacamata bulat. Saat SMP kelas 2 atau 3 aku memutuskan untuk diet mengurangi porsi nasi dan cukup berhasil beratku yang semula 54kg dengan tinggi 150 an bisa menjadi 50 kg (tidak signifikan sih, tapi lumayan lah). Saat SMP kelas 3 juga aku mulai menggunakan softlens. Dan kembali lagi ke topic, aku tidak les sama sekali saat SMP. Jaman SMP – SMA merupakan jaman yang cukup sulit bagi keluargaku, kami pindah rumah 2x itupun pindah rumah bukan karena beli rumah baru, justru rumah lama dijual dan kontrak, setelah kontrak selesai pindah rumah keluarga besar. Boro-boro untuk les, untuk uang sekolah saja aku kerap dipanggil TU karena menunggak berbulan-bulan. Pepatah “No pain No Gain” memang benar adanya, saat aku masuk dunia kuliah, keadaan keluarga sudah agak membaik, jurusan yang terkenal sulit ini aku jalani tanpa adanya penyesuaian yang begitu berarti. Memang aku tidak punya target saat aku Maba, ada sih target, yaitu lulus 4,5 tahun karena aku menyadari bahwa aku bukanlah anak yang brilliant dan aku sadar bahwa Teknik Sipil merupakan jurusan yang sulit jadi molor itu wajar asal molornya wajar juga, setengah tahun cukup. Aku sudah terbiasa belajar dan memahami materi sendiri walau memang aku system SKS, aku bukanlah orang yang gila nilai, asalkan lulus saja itu sudah merupakan anugrah yang luar biasa bagiku. Teknik Sipil terkenal sebagai jurusan yang kita tidak dapat belajar sendiri, dan aku menyetujui hal itu. Aku menyadari banyak teman-temanku yang kelabakan karena mereka tidak biasa belajar sendiri karena saat masa lalu mereka kerap les. Aku sebenarnya menyadari 75% dari materi Teknik Sipil aku dapat kuasai dengan belajar sendiri, tapi di Teknik Sipil inilah aku benar-benar menyadari apakah yang disebut sahabat dan kebersamaan. Awalnya aku belajar bersama dengan teman-teman yang notabene pintar dan ber IP tinggi (sebagai info, IP ku standart saja), dengan berharap kita dapat membantu satu sama lain, tapi lama kelamaan aku melihat, mereka lebih cenderung ingin menguasai sendiri, saat bagian yang aku mengerti, aku akan mengajari mereka, saat ada bagian yang memang lain dari yang lain dan aku tidak mengerti , mereka juga mengajariku sih tapi kalau aku tidak minta, ya mereka tidak akan menawarkan. Kadang aku merasa, kamu itu lebih pintar dari aku tapi mengapa kamu yang tanya sama aku. Pernyataanku ini agak offensive sih, tapi aku garis bawahi, tidak semua orang pintar seperti itu. Beberapa yang aku kenal, menyadari bahwa mereka pintar tapi mereka sadar juga bahwa hal tersebut tidak perlu dibanggakan dan mereka juga kerap membantu yang membutuhkan. Saat aku membalikkan badanku ke belakang, ternyata ada banyak orang yang jauh lebih membutuhkan aku daripada orang yang ada di depanku, dari situlah walau aku sudah mengerti atau bahkan sudah melewati kelas tersebut, aku kadang membantu teman-temanku itu. Sebenarnya dapat membantu teman jauh lebih menyenangkan dibanding mendapat nilai A, melihat teman yang bisa lulus mata kuliah jauh lebih mengharukan daripada nama kita dipanggil di depan saat wisuda dengan predikat cumlaude (walau aku tidak mengalaminya sih). Maaf, agak sedikit menyimpang dari topic, yang menjadi pertanyaan saya adalah seberapa pentingkah les untuk anak-anak? Menurut saya lebih baik anak menjadi mandiri dan professional walau anak tersebut tidak dapat meraih bintang kelas dibanding dia dapat menjadi bintang kelas dengan tuntunan dari seorang yang professional tapi tidak cukup punya kemandirian dan tetap bergantung pada orang lain. Les boleh saja, yang memang mendukung minat, potensi dan juga kebutuhan anak tersebut (seperti les bahasa inggris, balet, dll).
Kadang apa yang dilihat orang lain begitu hebat sebenarnya tidak sehebat hal yang dapat kamu peroleh yaitu pelajaran hidup.

Jumat, 20 September 2013

The Real Toefl Test

Tanggal 18 kemarin aku mengikuti Tes Toefl di Aminef Ubaya, awalnya aku berpikir tidak ada teman ternyata aku bertemu dengan Aeng, teman SMA ku dan Livia anak divisi Acara P3kmaba 2012. Jujur agak takut dengan tes ini karena harganya cukup mahal dan tes ini diakui jadi pasti tingkat kesulitannya lebih tinggi. Apalagi adik kelas sebelumnya sudah tes pada tanggal 13 dan mereka mengatakan bahwa soalnya susah. Aku mencoba untuk menenangkan diri, aku ke toilet dulu sebelum tes. Sehari sebelumnya aku cukup shock dan tidak menyangka bahwa waktuku tinggal 1 hari saja, apalagi dalam latihan dari buku yang aku pinjam di perpustakaan, aku masih banyak salah di structure, mencapai belasan sampai 20an, sedangkan readingnya mencapai salah 20an juga. Agar menenangkan diri, H-1 sepulang kerja aku auto suggestion, auto suggestion merupakan afirmasi diri dengan mengatakan hal-hal positif bahwa saya bisa dan Toefl itu mudah. Aku lakukan sepanjang perjalanan pulang kerja dan aku memutuskan untuk tidak terpengaruh soal dari buku lainnya, khusus structure aku mengulangi lagi dari latihan Bu Dana karena setelah aku lihat lagi, buku latihannya itu ada labelnya ETS dimana soal Aminef juga dari ETS. H-1 aku gunakan untuk latihan lagi semua practice test structure, awalnya salah 7 di latihan pertama dan aku bisa salah kurang dari 5 setelah itu. Untuk reading aku tidak begitu ada persiapan kecuali menghafalkan kata-kata sulit dari les dan latihan. Aku menghafalkan setiap pk 4.30 sampai 5.00 karena dulu waktu aku SMA bila ada pelajaran hafalan aku memang kerap menghafalkan di jam sekian karena otak akan lebih mudah dan cepat menghafalkan. Sebenarnya cukup terlambat, aku menghafalkan hanya 1 minggu sebelum tes. Untuk listening aku latihan dari CD punya mamah Lydia, walau cuma 2 exercise saja yang nggena suaranya. Aku mencoba menengankan diriku seperti saat aku naik Tornado, tapi konsentrasi sempat terpecah saat listening, listening sama sekali tidak terdengar apa-apa dan aku merasa tidak menggunakan skill sama sekali. Aku mencoba tetap tenang dan mengerjakan structure secepat mungkin. Structurenya setingkat lebih sulit dari latihan Bu Dana, tapi aku bersyukur, aku bisa selesai walau tidak sempat mengecek ulang lagi. Jujur sampai detik tes aku belum menemukan cara yang tepat untuk mengerjakan Reading, aku pun nekad mencoba cara baru saat itu, yaitu mengerjakan soal refers to dan close meaning with, sebelumnya aku menggaris bawahi di soal dulu baru aku lihat kata sulit yang paling banyak di paragraph mana, baru paragraph itu aku baca dengan sungguh-sungguh. Cara ini mungkin tidak begitu cepat tapi bisa menjadi lebih teliti (menurutku) walau aku tidak tahu hasilnya bagaimana. Meskipun aku tidak tahu hasilnya bagaimana. Tapi memang hasil dari bangun subuh tiap pagi cukup membantuku karena ada beberapa kata-kata dari yang aku hafalkan keluar di bacaan sehingga aku sedikit bisa lebih mengerti bacaannya. Listening yang berantakan, structure yang tidak maximal dan reading yang tidak begitu yakin aku merasa aku kurang cukup maximal tapi at least aku bisa tenang mengerjakan tanpa punya tekanan siapa lawanku saat mendaftar NTUST (yang notabene cumlaude semua dan aslab semua) dan aku merasa bersyukur karena walau tidak maximal, tapi Tuhan memberikanku kepercayaan diri lagi pada H-1 tes. Aku memang tidak tahu bagaimana hasilnya dan aku tidak begitu optimis. Apapun hasilnya nanti, aku akan menunjukkan lewat blog karena menurutku ini suatu hal yang sangat luar biasa dari Toefl yang hanya 300an saat SMA, aku masih punya kepercayaan diri walau pasti di bawah targetku. Aku tidak menyangka seorang Tabita Tania akan bisa menjalani kelikuan belajar Toefl ini. Still believe in GOD.

TOEFL Course with Mrs Danawati

Sebelumnya aku sudah les di ULC Ubaya tapi aku merasa kurang dan aku mencoba cari info lagi tentang les Toefl di tempat lain, Celia memberiku refernesi Bu Dana ini. Aku pun nekad les sendiri selama 3 minggu. Cukup capek karena setiap hari harus kerja dan lanjut les sampai malam, awalnya aku sempat merasa capek tapi aku coba untuk mengingat jaman P3KMABA dulu, P3KMABA dengan mengurus skripsi jauh lebih mencapekkan dibanding les ini. Awalnya sempat kecewa karena materinya sama dengan di ULC, tapi metode pengajaran Bu Dana ini berbeda dan cukup gila menurutku, bayangkan saja 2 bulan di ULC dikebut 3 hari saja oleh Bu Dana, untung aku sudah les sebelumnya sehingga ada beberapa materi yang aku sudah mengenali. Memang banyak yang didapat dari Bu Dana, untuk listening, metode Bu Dana dengan mengulang pembicaraan di listening cukup membuat telingaku terbiasa. Structure, Bu Dana memberikan beberapa teori yang lebih mudah dipahami. Dan reading Bu Dana selalu menejemahkan semua bacaan sehingga aku bisa mencatati kata-kata sulitnya. Bu Dana juga mengajari auto suggestion, dimana metode ini untuk memberikan kepercayaan diri bahwa toefl itu mudah dan aku pasti bisa. Yang menjadi keunggulan dari les di Bu Dana ini karena beliau memberikan tes terus sampai 5x sehingga kita sudah terbiasa dengan jenis type soalnya, karena type soal Bu Dana ini dari ETS, lembaga yang sama seperti yang aku mau tes di Aminef. Saranku lebih baik kamu les dulu di ULC baru les di Bu Dana karena memang kalau mau banyak kemajuan harus punya konsentrasi yang tinggi dan kalau bisa jangan ada kenalan yang les bareng dengan kamu. Memang kemajuan nilai toeflku tidak begitu signifikan tapi bisa memberikanku sedikit kepercayaan diri.

Minggu, 01 September 2013

Joglo – Bromo Never Ending Story Never Ending Walking (Part 2 - Jogja)

Bisa dibilang di Solo ini merupakan yang jalannya paling sedikit, Walk Less Eat More. Sesampai di stasiun balapan kami langsung disambut oleh Andrew dan itu pertama kalinya aku merasakan keahliannya menyetir. Biasa sih masih kurang hati-hati, lokasi kuliner pertama kami adalah Timlo di dekat Pasar Besar, Timlonya lumayan enak sih tapi tidak tergila-gila amat justru Ratna yang tergila-gila. Setelah itu mencoba dawet di Pasar Besar, enak banget menurutku tapi menurut teman-teman kemanisan. Setelah itu ke PGS untuk beli oleh-oleh batik untuk orang-orang karena kami tidak mendapatkannya di Jogja. Sebenarnya agak sungkan sih sama yang cowok karena harus mengikuti kami belanja, akhirnya kami mempercepat durasi belanja dan untungnya barangnya lumayan-lumayan jadi perlu waktu yang banyak untuk membeli. Setelah itu kami pergi ke Kraton Solo dengan berjalan kaki *lagi* akumulasi jalan kaki pada 2 hari sebelumnya cukup membuat kami kelabakan, untungnya sih aku pakai sepatu jadi tidak sakit saat melewati kerikil-kerikil. Lokasi Kraton Solo ini lebih bagus dibanding Kraton Jogja dan juga tidak terlalu ramai lumayan buat lokasi foto-foto. Setelah itu ke lokasi hotel kami untuk istirahat, aku memutuskan mandi dulu baru tidur karena aku cukup capek dan ngantuk saat itu, lumayan bisa tidur 1jam lebih. Setelah itu wisata kuliner kami berlanjut di bebek Pak H Slamet, bebek terenak kedua yang pernah aku coba. Pertama aku dan Ratna berencana untuk parohan es teh tapi karena begitu enak bebek dan nikmat sambalnya tak terasa kami malah akhirnya memesan 3 es teh. Setelah itu masih lanjut makan jagung bakar, sudah cukup kenyang sebenarnya. Rencananya mau beli susu si Jack tapi kami batalkan karena kemalaman. Sesampai di hotel lagi-lagi main 7 skop sampai jam setengah 12 an dan aku yang tepar terlebih dahulu. Makan pagi di solo hari kedua adalah Soto Seger Bu Ginem. Menurutku sotonya enak setelah itu kami lanjut makan tongseng, mampir di salah satu Mal di Solo setelah itu mampir di serabi Notosuman, serabinya enak dan murah, makan bakso dan terakhir beli oleh-oleh yang belum di toko Orion. Tephen harus ke Airport sebelum jam 3, karena dia harus ke Jakarta lagi untuk ikut upacara 17 an di istana Negara. Tapi kami menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh batik lagi di kampung batik. Setelah mengantar Tephen ke Airport, aku menjajal kemampuan menyetir di kota orang, lumayan untuk sekalian menambah pengalaman. Aku menyetir dari airport sampai stasiun karena kami akan pulang ke Surabaya pada hari itu. Perjalanan mengisi waktu libur yang menyenangkan bersama teman-teman sebelum aku mulai les TOEFL *lagi* minggu depannya. Untuk foto2nya nyusul ajah ya :D

Joglo – Bromo Never Ending Story Never Ending Walking (Part 1 - Jogja)

Libur Lebaran di kantorku bisa dibilang lebih banyak dibanding dengan kebanyakan. Libur dari tanggal 7 Р18 Agustus, maka dari itu aku memanfaatkan libur panjang ini untuk berpergian bersama teman Рteman. Tanggal 12 & 13 ke Jogjakarta, 14 & 15 ke Solo dan 16 & 17 ke Bromo. Malam sebelum ke Jogja, Ratna menginap di rumahku, rencananya sih tidur awal tapi malah ngobrol Рngobrol sampai jam 1.00 an padahal kami rencana bangun jam 5.00. alhasil kami overslept sampai jam 6.12 itupun gara Рgara ceceku mampir kamarku untuk mandi mempersiapkan diri ke kantor, kami tidak menyadari alarm HP kami masing Рmasing, padahal rencana berangkat pk. 6.30, kontan saja aku terperanjat dari kasur dan langsung menuju dapur untuk masak indomie, karena Ratna ingin sekali sarapan indomie, lagian kamar mandi masih dipakai ceceku untuk mandi. Overslept but still ontime, waktu berangkat kami ke stasiun agak molor 10 menit dari rencana tapi kami masih ontime. Di kereta yang duduk di sebelah kami adalah pasangan bule yang cukup menarik perhatian. Di kereta kami tidak merasa bosan karena pemandangannya cukup bagus jadi selama 5 jam di kereta kami tidak merasa bokong tepos. Sampai di stasiun Tugu sang tuan rumah malah mengalami kendala dengan kereta, jadinya kami disambut oleh Tephen yang juga baru datang dari Jakarta. Sampai di sana kami menuju hotel dengan berjalan kaki melewati Jalan Malioboro, dan ternyata Jalan Malioboro begitu ramai jadi koper kami jalannya agak tersendat-sendat. Setelah mandi dan sambil menunggu Andrew, kami berjalan Рjalan di Mal dekat hotel, Mal nya simple dan mengingatkanku dengan Tugas Betonku, jumlah lantai 4 dengan tangga besar di depan tapi ternyata tidak ada yang begitu menarik di sana, jadi kami melanjutkan melihat-lihat di toko sekitar Malioboro. Setelah menyambut kedatangan Andrew, kami melanjutkan penelusuran kami di sekitar Malioboro hari itu. Kami ke benteng Vredeburg, tapi karena kami terlalu sore sampai sana jadi kami hanya melihat Рlihat sejenak. Lalu melanjutkan perjalanan ke Kraton, tapi karena lagi Рlagi terlalu malam, kraton pun sudah tutup juga jadi kami gunakan untuk makan mie dan nasgor Pak Pele. Ya, di Jogja Solo ini aktivitas kami hanya jalan dan makan. Sembari kembali menuju hotel, kami mampir dulu untuk beli kaos kembaran dan ke caf̩ Raminten untuk cangkruk dan makan mendoan. Tak lama sampai di hotel, aku yang tepar duluan karena entah mengapa memang saat itu agak pusing. Oh ya, 1 kamar diisi 4 orang memang terasa sempit. Bangun pagi hari kedua akulah yang bangun pertama kali. Hari kedua ini merupakan walking day, karena kami tidak menyewa mobil dan hanya menggunakan Trans Jogja di awal-awal dan taksi di akhir-akhir. Kami pertama mengunjungi Taman Pintar, taman ini seperti di Jatim Park jadi ada lokasi-lokasi edukasinya. Setelah dari Taman Pintar kami berencana ke Kraton lagi karena kemarin kratonnya masih tutup, di sana rencananya sih mau jajan pentol sundukan sama Ratna, tapi ternyata mahal sekali, 4 pentol dibandrol Rp 10000. Setelah itu berfoto dan keliling-keliling di kraton, awalnya kami rencana ke Kraton yang selatan karena di sana ada pohon beringin yang terkenal katanya bila bisa melewati 2 beringin kembar dengan ditutup matanya maka keinginan bisa terkabul, seperti di dongeng-dongeng saja. Setelah keliling Kraton sebenarnya kaki sudah mulai tak kuat, tujuan kami berikutnya adalah ayam geprek di wilayah PKL Mrican, agak jauh dari tempat Kraton, jadi kami naik Transjogja, halte Transjogja dari Kraton pun cukup jauh, rencananya sih mau naik becak tapi malang nian nasib kami tidak ada becak ya bersedia mengantarkan kami. Alhasil dengan sisa-sisa tenaga yang ada kami berjalan menuju Transjogja. Perjalanan cukup lama, untungnya Transjogja sepi jadi kami bisa duduk, ternyata setelah sampai daerah ayam geprek pun kami harus mencari lokasi PKL tersebut dan tidak semua orang tahu. Jarak dari halte ke ayam geprek cukup jauh dan tidak pasti lokasinya. Setelah berjalan dengan cukup kebingungan dan melewati jalan kecil setara jalan di Siwalankerto, akhirnya kami menemukan lokasi PKL tersebut, entah mengapa saat mendekati aku punya feeling buruk kalau ayam geprek bakal tutup dan feelingku jarang-jarang benar begini. Ayam geprek gapleki tenan, sudah lapar, menempuh perjalanan jauh nan capek ternyata di-PHP sama ayam geprek, akhirnya kami mencoba ayam Pak Kobis yang katanya merupakan ayam geprek KW, lumayan lah mengisi perut yang sudah kosong sambil minum es teh, tapi kami rencana untuk ke Mall Jogja untuk ke cafenya Bong Chandra juga jadi kami telepon taxi, luar biasanya taxi datang tidak sampai 5 menit rasanya. Jadi kami buru-buru makan ayam geprek, eh ayam pak kobis. Karena merasa belum puas dengan ayam geprek KW, kami memutuskan untuk makan lagi iga sapi di cow mad, kami pesan 2 porsi saja untuk berempat, lumayan lah cukup puas karena porsi yang cewek lebih besar. Hahaha. Setelah jalan-jalan sejenak di mal tersebut kami ke Caf̩ Bong, di sana jujur bingung mau pesan apa, mau pesan sejenis manisan pencit tapi habis jadi aku memesan yinyang coffee, susu tarik dengan kopi tarik. Sebenarnya aku tidak terlalu suka kopi, apalagi pernah punya pengalaman buruk dengan kopi, tapi lumayan juga lah. Yang menarik di caf̩ Bong sebenarnya hanya interiornya. Setelah makan di caf̩ Bong, kami memutuskan ke Amplas Plaza sebelum ke Taman Pelangi. Amplas Plaza merupakan mal terbesar di Jogja katanya, kami menggunakan jasa Trans Jogja lagi, tapi nasib kami kali ini kurang mujur, Trans Jogjanya rame jadi kami terpaksa berdiri dan tidak disangka perjalanan cukup lama. Di Trans Jogja inilah kekuatan otot tangan kita diuji, apalagi posisiku bisa dibilang kurang enak, karena tidak bisa menyandar. Berdiri dengan berpegangan erat pada pegangan dan posisi kuda-kuda untuk pertahanan terhadap rem. Untungnya dulu waktu SMA pernah rutin push up, jadi tangan tidak terlalu gempor. Sesampai di Amplas Plasa, Ratna mau ke toilet jadi kutemani, saat itu lokasi toilet cukup ramai. Ratna pun menitipkan tasnya padaku dan dia hanya membawa S3 mininya ke toilet. Ratna keluar dari toilet tanpa memegang apa-apa dan tanpa ada tonjolan di kantongnya, jarang-jarang aku memperhatikan hal kecil seperti ini, aku langsung menanyakan S3nya Ratna dan benar tertinggal di toilet. Untungnya orang yang masuk setelah Ratna merupakan orang yang baik dan mau mengembalikan. Di Amplas ini sebenarnya hanya duduk-duduk dan minum macha saja sih, itupun nyoba punyanya Tephen, Tephen memang suka sekali dengan macha, aku juga suka sih makanya nyoba. Setelah itu ternyata memang sudah waktunya ke Taman Pelangi. Karena sudah cukup exhausted, kami memutuskan untuk naik Taxi, naik Taxi tidak mahal ternyata apalagi patungan orang 4. Taman Pelangi seperti BNS tapi mainannya hanya sepeda air, bom-bom car, ada juga sepeda yang pedalnya ada banyak. Taman Pelangi ini mengingatkanku dengan lokasi syuting ISWAK karena ada sepeda air dan sepeda yang pedalnya banyak. Kami di sana keliling lampion dan naik becak mini saja. Sebenarnya ingin naik sepeda yang pedalnya banyak tapi aku dan Ratna tidak teteh naik sepeda ontel dan aku pakai rok, jadi tidak leluasa, akhirnya batal deh. Selesai dari Taman Lampion, kami naik Taxi lagi menuju Raminten yang pusatnya karena Ratna ngidam mendoan *lagi* dan sesampai di Raminten ngantree-nya bok, mengingatkanku ngantree di Din Tai Fung, system mereka pun sama dengan Din Tai Fung. Bedanya suasana Raminten suasana remang-remang. Jujur sebenarnya capek ngantree saat itu karena aku tidak begitu suka mengantree soalnya jadi pesanan pun saya percayakan pada teman-teman. Tapi ternyata antrean tidak selama yang saya bayangkan dan memang harga dan porsi di pusatnya lebih murah dan besar. Lumayan lah, tidak begitu kecewa. Setelah itu kami kembali ke hotel menggunakan Taxi lagi. Setelah dicek ternyata kami sudah jalan 26000 langkah. Sesampai di hotel malah diajak Ratna main 7 skop. Kami main sampai jam 3 subuh, bayangkan, tapi saat semua sudah tepar terkapar tidur, hanya aku yang tidak bisa tidur, entah apa karena efek dari kopi yang aku minum di Caf̩ Bong atau tidak. Melihat jam di HP sampai jam 4 pun aku masih belum bisa tidur, jadi aku memutuskan untuk keliling hotel agar tidak bosan, tapi ternyata hotelnya membosankan, kecil dan tidak ada yang bisa dilihat akhirnya aku kembali lagi ke kamar dan posisiku sudah dikuasai Ratna alhasil aku semakin tidak bisa tidur. Ya bisa sih tapi Cuma 15 menit rasanya dan aku tetap seger. Aneh sekali. Padahal pagi-pagi kami harus sudah ke stasiun untuk ke Solo jadi aku memutuskan untuk sekalian tidak tidur waktu itu agar bisa membangunkan teman-teman takutnya overslept. Cerita di Solo akan hadir di Joglo Part 2 :D

Senin, 26 Agustus 2013

Sepenggal Kisah Perjuangan di Teknik Sipil

Saat PRS semester 4 kalau tidak salah, ada teman saya yang tidak bisa datang perwalian karena ada acara keluarga di luar negeri, saya pun diminta tolong untuk mewakili, dan ternyata saya baru sadar ternyata teman saya itu merupakan mahasiswa yang mendapat surat peringatan dari Sekretaris Jurusan karena nilainya tidak cukup bagus. Saat menghadapi dosen walinya pun, ternyata beliau marah habis – habisan dan sedikit menjelek-jelekan teman saya tersebut. Saya merasa tidak tega sebenarnya bila menceritakan apa yang diucapkan dosen walinya tersebut pada teman saya, saya hanya berpesan sama teman saya tersebut, kamu harus bisa menunjukan pada dosen walimu bahwa nilaimu bisa lebih baik lagi dan saya menawarkan mengajarinya beberapa mata kuliah. Semester 4 saya mengambil mata kuliah Rekayasa Pondasi dan ternyata saya sekelas dengan temannya kakak saya yang angkatan 2006. Saat UAS, mereka mengajak saya belajar bersama, saya pun setuju dan saat belajar bersama saya melihat bahwa dasar teorinya pun mereka masih belum paham, akhirnya kami sama-sama belajar lagi dari awal. Di sela-sela belajar bersama tersebut tiba-tiba ada seorang yang nyeletuk, “Dulu aku yang ngospeki Maba sekarang Mabanya belajar bersama-sama dengan aku”. Saat saya telusuri ternyata dia dulunya juga seorang mahasiswa aktif yang juga sempat menjadi BPMF. Saat itu saya yang masih berlabelkan fungsionaris Hima saat itu seperti tertampar dan berpikir,”Dulu koko ini yang melayani mahasiswa Sipil, sekarang bahkan Hima tidak menyadari ada koko ini yang butuh bantuan”, lebih tertampar lagi saat mengetahui bahwa bila koko tersebut tidak lulus Rekayasa Pondasinya maka dia tidak bisa sidang akhir dan molor lagi. Saat itu saya tidak peduli, pokoknya kami harus bisa Rekayasa Pondasinya. Dari kedua kisah tersebut saya menyadari bahwa tampaknya kita sudah berdiri teguh, kita merasa diri kita baik – baik saja tapi kita tidak menyadari bahwa banyak yang membutuhkan kita juga. Pelajaran teknik sipil yang menurut saya sulit lah yang membukakan mata saya untuk bisa saling membantu satu dengan yang lainnya.

Tes TOEFL Prediction yang Bisa Diprediksi

Aku selama 2 bulan kemarin mengikuti les TOEFL PBT agar dapat meningkatkan nilai TOEFL ku karena memang TOEFL merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan beasiswa di Taiwan, minimum 500 walau tidak tertulis secara langsung. Di les-lesan tersebut mendapat gratis test Toefl Prediction di akhir dari pembelajaran. Selama di kantor seminggu sebelum tes aku benar – benar free dan nganggur jadi aku gunakan waktuku seminggu di kantor untuk belajar otodidak, kebetulan aku habis membeli 2 buku, yang satu buku bekas yang aku beli di Kampoeng Ilmu dengan harga Rp 20.000 saja. Tapi justru buku itulah yang menurutku sangat berguna. Ada 8 soal latihan beserta kunci jawaban dan penjelasannya dan aku menemui banyak hal yang belum dipelajari saat aku les, terlebih untuk structure. Tapi aku mudah sekali mengantuk dan bosan tapi menurutku perkembangan 1 minggu itu cukup baik, terbukti salahku di structure berkurang walau sedikit dan readingku sudah bisa memahami cara menjawab walau belum bisa cepat mengerjakan. Malam sebelum Tes Prediction di les-lesan, aku belajar latihan soal structure dengan teman-teman di salah satu restoran Fast Food. Kami mengerjakan soal dari internet dengan mewaktui sendiri yaitu 25 menit. Setelah itu kami membahasnya bersama-sama. Memang aku yang paling tidak bisa Inggris, walau sudah belajar selama 1 minggu secara otodidak di kantor tetap saja tidak secanggih mereka. Padahal yang canggih tidak berencana ke luar negeri. Feeling mereka sudah cukup baik dalam menjawab, sedangkan aku harus mengandalkan hafalan beberapa rumus yang memang sudah aku tulis ulang di catatanku, maka dari itu aku tidak bisa mengerjakan secara express juga. Di resto tersebut juga sempat bertemu dengan Ko Aron yang merupakan kakak kelas yang berhasil studi lanjut di tempat tujuanku di Taiwan tersebut. Tapi memang sih Ko Aron adalah IPK terbaik angkatan 2008, sedangkan aku cumlaude saja tidak dapat, dibandingkan Septian dan Maria yaitu adik kelas yang berencana untuk studi lanjut ke Taiwan juga, IPKku juga lebih rendah dari mereka. Kadang aku pun menyesali mengapa aku tidak bisa optimal di awal-awal semesterku dan mengapa malah Kredit Point ku yang terlalu overdosis. Saat keesokan harinya, begitu shocknya ternyata soalnya sama persis dengan latihan kami kemarin, sayangnya kami hanya mengerjakan structurenya saja. Listeningnya menurutku cukup susah dan readingnya sebenarnya tidak terlalu susah tapi waktunya tidak nutut. Sedikit merasa kecewa karena hasilnya pasti tidak valid, karena dalam mengerjakan structure aku hanya berpatok pada hafalan jawaban kemarin. Sebenarnya agak kecewa sih dengan les-lesan yang ini, aku berencana belajar sendiri lagi awalnya sampai tes ITP Aminef yang diakui tersebut, tapi papaku menyuruhku untuk les lagi. Aku pun mencari info lagi mengenai di mana les TOEFL PBT ITP yang bagus dan tidak terlalu mahal, karena memang sudah jarang dan ada pun biasanya mahal. Beberapa hari lalu, teman seperjuanganku di P3KMABA yang menjadi Koordinator Acara P3KMABA 2012, Celia tiba-tiba meminta data-data P3KMABA tahun lalu saat aku menjadi sekretarisnya, iseng-iseng pun aku tanya padanya dimana les TOEFL PBT yang bagus dan tidak terlalu mahal, karena dia memang sudah di Belanda yang pastinya pernah belajar TOEFL atau IELTS. Dia tahu yang bagus tapi tidak tahu harganya dan dia memberiku nomer teleponnya, setelah aku telepon ternyata lesnya hanya 13 hari saja tapi seharinya 3,5jam dan dari hari Senin-Jumat. Lokasinya pun dekat dengan rumahku yaitu di Araya. Semoga ini salah satu kunci untuk dapat membuka salah satu dari gembok pintu cita-citaku.

Every Simple Thing Made Us Learn

Sudah lama sekali tidak menulis blog, di kantor tidak terlalu sibuk tapi aku gunakan untuk belajar TOEFL, judul di atas benar tidak ya grammarnya? :p Setidaknya belajar TOEFL membuatku sedikit lebih percaya diri untuk menulis dalam bahasa Inggris, kecuali di blog tidak dulu kayaknya, karena aku men-translate motivation letterku saja butuh waktu 4 jam, padahal hanya mentranslate karena aku sudah membuat kata – kata dalam bahasa Indonesianya. Itu pun hanya selembar HVS A4 saja. Sebenarnya seminggu ini tidak bisa terlalu banyak belajar TOEFL karena aku mendapat job sampingan lagi menghitung volume. Entah mengapa aku cukup percaya diri walaupun sebenarnya tidak, dalam menerima job menghitung volume (asal denah dan tenggat waktunya masuk akal). Clientku kali ini adalah teman kuliahku, mereka 4 orang bersama – sama merger untuk membuat suatu perusahaan kontraktor, bisa jadi ini adalah proyek pertama mereka dalam penawaran. Mereka sebenarnya bisa menghitung sendiri, toh background mereka juga sipil tapi mungkin waktu yang terlalu mepet dan mereka baru saja lulus jadi belum ada pengalaman menghitung volume secara kilat maka minta bantuanku. Belajar dari pengalaman menghitung volume vila, aku pun minta lihat dulu denahnya bagaimana, setelah aku melihat denahnya dan bertanya deadline nya yang sekitar 5 malam, aku pun berani menerima tawaran tersebut, karena memang denahnya masih masuk akal. Melihat denah yang lebih simple, maka aku pun memakai kesempatan kali ini untuk membuat suatu format analisa versiku (sebelumnya aku menggabungkan format analisa orang – orang jadi tampak berantakan dan tidak bisa digunakan untuk proyek berikutnya lagi). Hal inilah yang membuat waktu kerja yang seharusnya bisa lebih singkat menjadi agak lebih lama, bahkan malam terakhir deadline pun aku baru tidur saat orang – orang pada sahur. Tapi aku cukup puas karena aku memiliki format sendiri, yaitu format system hitung di quantity sheet yang aku secara tidak sengaja mempelajari saat dapat job hitung vila dan sekarang aku memiliki format analisa harga satuan sendiri. Tidak dapat dipungkiri, untuk membuat suatu format seperti itu awalnya memerlukan effort waktu dan tenaga yang lebih banyak, tapi memang terbukti aku bisa menghitung volume secara kilat setelah itu. Menghitung volume pekerjaan struktur 2 buah ruko dalam 3 jam aku tidak pernah memikirkan sebelumnya bisa menghitung secepat itu. Menghitungkan 3 clientku ini memang effortnya tidak tidur, dimarahi karena harga kurang cocok, perhitungan tidak presisi, tapi aku belajar di tiap casenya. Client pertama aku jadi mengerti, bahwa spek material untuk tiap jenis proyek tidaklah sama, seperti rumah, ruko, gudang, bahkan rumahpun tergantung ukurannya juga. Karena tidak dapat dipungkiri, ke 3 clientku sama – sama tidak ada list harga material dan upah. Tentu sedikit kelabakan, untung ada internet dan tugas Bipro, jadi harganya aku bisa menyesuaikan dari sana. Client keduaku merupakan tugas tergila yang aku dapatkan sampai saat ini. Menghitung 2 type vila bertingkat dalam waktu hanya 7 hari dengan spek material yang tidak lazim. Dari sana aku dituntut harus dapat menghitung express dan secara tidak sengaja aku menemukan cara tersebut. Kadang aku puas sendiri dengan cara perhitungan expressku itu. Client ketiga aku mulai membuat standratisasi dari analisaku dan aku merasa puas bahwa analisaku tidak asal – asalan lagi dan aku memiliki standart untuk proyek yang berikutnya. Menjadi seorang estimator sebenarnya menyenangkan tapi susah dijalani karena bakal tidak tidur.

Jumat, 05 Juli 2013

Joe Cheng is not as perfect as Jiang Zhi Shu

Sebal sekali karena wifi kantor diganti, Bbm jadi lemot dan tidak bias connect whatsapp. Jadi saat menganggur begini aku gunakan untuk belajar toefl atau membaca buku, tapi aku mudah sekali bosan memang, akhirnya memutuskan menulis blog lagi.

Beberapa waktu yang lalu aku googling foto – foto Bryan Zheng alias Joe Cheng dan aku mulai menyadari apa yang aku sukai darinya yaitudia berani tampil jelek dan gokil berbeda dengan kebanyakan model dan artis yang tampil sok cool dan takut wajah mereka terlihat jelek, Bryan Zheng malah menunjukkan bahwa dirinya memang orang yang usil dan gokil. Ada seorang temanku yang bilang bahwa Bryan Zheng bermuka tengil.

Memang bila dilihat dan dibandingkan, Jiang Zhi Shu ( perannya di Its Started With a Kiss) adalah cowok super sempurna. Cakep, jenius, keluarga berada dan memiliki keluarga bahagia. Dia memang terlihat wow saat aku melihat serial ini. Tapi setelah tersadarkan, yang aku kagumi adalah seorang Joe Cheng, bukan seorang Jiang Zhi Shu.

Berikut adalah perbandingan Joe Cheng si tengil dengan Jiang Zhi Shu si cool :

Jiang Zhi Shu, Genius Boy







Joe Cheng, Cowok Tengil












Untuk menjadi bahagia tidak perlu menjadi orang yang sempurna, tapi jadilah dirimu sendiri.

Trip to JJ Lin and Nickhun Country


Sebenarnya ini cerita lama sih, tapi baru kuceritakan sekarang. Sebelum tahun 2012, aku sama sekali belum ke luar negeri, boro-boro keluar negeri, keluar kota atau luar pulau saja jarang-jarang. Dulu aku ingin sekali bisa ke Singapura dan menemukan toko miliki JJ Lin dan ternyata impianku itu bisa jadi kenyataan pada Februari 2012.

Singapura merupakan kota yang sangatlah rapi dan bersih dibandingkan dengan di Surabaya, masyarakatnya campuran, ada yang Chinese, melayu bahkan orang barat, maka dari itu bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Biaya hidup dan makan di Singapura mahal sekali, hampir semua lebih mahal dari Surabaya kecuali ice cream roti. Bila di Surabaya ice cream roti dibandrol sekitar Rp. 15.000, di kota asalnya hanya dikenai biaya 1 SGD atau setara dengan Rp 8.000, rasanya pun sepertinya enakan yang asli Singapura karena bisa dimakan sambil berjalan di trotoar depan mal, kalau di Surabaya kan makannya di dalam mal.

Aku hanya ke Orchard Road, Sentosa Island dan Universal Studio. Orchard Road adalah jalan yang penuh dengan mal, sekeliling rasanya mal semua dan memang kebetulan saat itu hotel kami dekat dengan Orchard Road. Ada 1 mal yang cukup menarik, karena pembangunannya bukan ke atas, tapi ke bawah, jadi isi malnya ada di lantai bawah pintu masuk sampai beberapa lantai, mal tersebut adalah Ion Orchard. Sebenarnya banyak mal di Orchard Road tapi aku lebih tertarik di Ion Orchard dan Lucky Plaza. Kalau Lucky Plaza, memang arsitekturnya lebih mirip pasar atum versi kecil tapi harganya pun juga lebih murah, secara bukan barang bermerk. Di Singapura ini impianku mengunjungi toko JJ Lin menjadi kenyataan, tapi hanya sekedar melihat dan foto dari luar karena harganya cukup tinggi. Oya, “mas-mas” dan “mbak-mbak” penjaga toko di Singapura cakep-cakep loh. Bahkan yang menjaga di toko JJ Lin lebih cakep daripada JJ Lin-nya.

Makanan di Singapura sebenarnya biasa saja sih, yang enak mungkin Din Tai Fung, Din Tai Fung memang ada di Surabaya tapi ternyata yang di jual berbeda dan rasanya berbeda. Din Tai Fung di Singapura ini ramai sekali, orang mengantre makan seperti mengantre dokter, ada nomer antrean dan itu pun tergantung meja yang kosong, jadi missal si A datang lebih dulu dengan jumlah 3 orang, sedangkan si B datang dengan 2 orang, bila meja yang kosong dahulu adanya yang 2 orang, si B yang akan dimasukkan terlebih dahulu. Serta sambil menunggu, customer dipersilahkan memilih menu. Menu di Din Tai Fung bertuliskan Han Zi, jadi kami agak kesulitan, untungnya kami ingin membeli Xiao Long Bao, jadi kami mencari 3 huruf dengan huruf Xiao yang berarti ‘Kecil’ di buku menu.

Kalau anda ingin puas di USS dan suka dengan permainan saya sangat menyarankan untuk membeli tiket express, tiket biasa antrenya tidak aturan, seharian bisa-bisa Cuma bisa main 3-4 permainan saja. Lama di antreenya. Memang menambah sekitar Rp 200.000 tapi cukup worthed dengan yang di dapatkan. Oya disarankan kalau ingin menghemat pengeluaran, jangan nginap di hotel, lebih baik di apartment saja.

Singapura sangat taat peraturan jadi jangan sekali-kali melanggar peraturan, membuang sampah sembarangan atau tidak memakai sabuk pengaman saat di mobil. Sopir-sopir taksi di sana lebih menyarankan kita jalan kaki bila tujuan kita dekat dibanding naik taxinya, bahkan ada pula yang menyindir, ”Kamu itu masih muda, masa ke sana aja pakai naik taxi.”
Di Floating Market, terinspirasi setelah melihat Running Man


Aku dengan 'Nickhun' di Madame Tussaud Bangkok Thailand

Setelah dari Singapura, kami melanjutkan perjalanan ke Bangkok, biaya hidup di Bangkok kurang lebih sama seperti di Surabaya, tapi lalu lintasnya bokkkk, sangat amat semrawut. Aku tidak tertarik lihat banci show di sana jadi hanya beli barang-barang di sana, baju, sepatu, tas dan beberapa barang di sana jauh lebih bagus dibanding di Surabaya. Aku membeli tas sneaker hanya dengan Rp 45.000, aku pernah lihat di online shop, barang yang sejenis dibandrol Rp 150.000. Ada juga pensil kayu di sana hanya dijual Rp 1500, konon katanya di sini dijual juga tapi di mal dengan harga Rp 50.000. Cuannya orang sini tidak aturan.

Seafood terenak yang pernah aku makan juga ada di Bangkok, bumbunya enak sekali, jimbaran tidak ada apa-apanya, harganya pun tidak ada apa-apanya. Karena tidak ditulis harga di daftar menu, jadi kami memesan sesukanya, eh ternyata di tagihan tertulis 7000 Bhat, bila 1 Bhat adalah Rp 300, silahkan di Rupiahkan sendiri. Setelah insiden makan mewah tersebut, hari-hari berikutnya kami hanya makan KFC.

Entah rasanya kok sering sekali dibohongi di Thailand ini, becak di sana dikenal dengan nama Tuktuk, tapi sopirnya ada di depan, awalnya perjalanan dekat dibandrol 100 Bhat, karena kami tidak tahu harga jadi ya naik saja. Ternyata di hari terakhir di Bangkok ini kami bertemu dengan salah satu Tuktuk dari asosiasi TukTuk, keliling ke sana ke mari Cuma 50 Bhat.

Saat itu aku hangat-hangatnya menonton Running Man yang berkunjung di Thailand, dari sana tertarik untuk mengunjungi floating market, tempat berjualan souvenir tapi konsepnya pasar terapung, kayaknya saat itu dibohongi lagi, perjalanan jauh sekali, mungkin seperti dari Surabaya-Malang, sampai sana menyewa kapal sekitar Rp 1.000.000, semakin tidak aturan saja. Souvenir yang dibeli tidak semahal kapalnya.


Hari terakhir agar tidak menyesal ke Bangkok, aku pun mengunjungi Madame Tussaud, lokasi patung lilin para tokoh-tokoh terkenal.setengah tahun sebelumnya temanku ada yang ke Madame Tussaud belum ada patung lilin Nickhun, setengah tahun setelah aku pergi, sepupuku ke Madame Tussaud dan patung lilin Nikchun sudah raib, cukup beruntung juga aku. Walau banyak hal yang terjadi dan dibohongi, asal kita tidak memikirkannya dan focus enjoy dengan liburan kita tentunya liburan kita akan lebih menyenangkan, biarlah pengalaman tersebut sebagai pedoman kita untuk berpergian di lain hari.

My Birthday

Sudah lama tidak menulis blog. Sebenarnya sebelumnya ada kerjaan di kantor tapi pekerjaan sudah kelar dan jam kantor masih ada 35 menit. Nanggung bila digunakan untuk belajar Toefl, jadi aku refreshing menulis blog saja. 35 menit biasanya bisa jadi 1 – 2 tulisan.

Minggu lalu adalah ulang tahunku yang ke – 22. Tidak disangka usiaku sudah 22 tahun, karena selama ini di keluarga sudah kerasa paling kecil. Dulu bayanganku usia 20an sudah lah mandiri, tapi ternyata tidak juga. Jika mengingat masa kecil, sangat mengidam – idamkan hari ulang tahun, bahkan kerap kali menghitung countdown sejak sebulan sebelumnya. Sedangkan semakin dewasa kita, akan merasa ulang tahun bukan suatu hal yang wah. Walaupun saat hari H aku akan tersadar bahwa hari yang sama akan dating 365 hari lagi.

Saat kecil ultahku pernah beberapa kali dirayakan di sekolah. Entah jaman sekarang apakah kalau ada yang ulang tahun, tetap dirayakan di sekolah. Teringat saat kelas 1 SD, ulang tahunku dirayakan di kelas bersama teman – teman. Padahal beberapa bulan sebelumnya aku kecelakaan karena bermain api kompor yang ada di dapur, alhasil tubuhku saat itu terbakar dari ketiak sebelah kanan dan sedikit mengenai wajah. Sejak saat itu aku takut dengan api baik dari korek api maupun dari kompor. Padahal sebelumnya sering ikut nimbrung di dapur sambil mengupas bawang. Kalau sekarang masih sedikit trauma dengan api tapi hanya api dari korek api sih, jadi tidak berani menyalakan korek api dari korek api gas. Tapi aku bersyukur semua teman – teman saat itu juga terlihat gembira saat ultahku dirayakan di kelas. Walau saat perpisahan tahunan, aku yang biasanya terpilih untuk menari tradisional, terpaksa absen oleh karena luka bakarku tersebut.

Kelas 4 SD mamaku mau berangkat ke Amerika, jadi ulang tahunku dirayakan di KFC (biasanya selama 3 tahun tidak pernah dirayakan). Aku mengundang teman-teman SD, ceceku juga mengundang beberapa temannya. Sepulang dari acara di KFC, aku diajak bermain timezone oleh papa dan mamaku, saat itu aku cukup lihai bermain game koin yang dijatuhkan, beberapa kali dapat jackpot, aku menukar tiket dengan boneka kodok seukuran 15 cm yang kuberi nama froggie.

Hari – hari ulang tahunku berikutnya tidak begitu berkesan, karena memang dirayakan bersama keluarga besar sih karena memang hari ulang tahunku hanya selisih 2 hari dengan hari ulang tahun nyaung (opa) ku, sampai dengan nyaungku tidak ada saat aku berusia 15 tahun.

Ulang tahun ke 17 aku mengadakan makan – makan biasa saja dengan teman – temanku. Tidak terlalu special karena makanan seharusnya keluar bergantian, tapi malah dikeluarkan bertubi – tubi oleh pihak restoran.

Usia 19 tahun, ulang tahunku disambut oleh teman-teman sipil 09 dengan datang ke rumah dan kami sama – sama menuju UKP untuk mendengarkan pengumuman keanggotaan fungsionaris Himasitra, jujur sebenarnya agak kecewa karena aku tidak bisa masuk departemen yang aku harapkan.

Usia 20 tahun bisa jadi acara paling gila, karena aku ikut BBQ di rumah Panita, dan aku tidak menyangka ternyata teman – teman menyadari kalau saat itu ulang tahunku. Awalnya diberi kue tart dan tiup lilin, tapi ujung – ujung nya aku disiram fanta sehingga terjadi insiden kejar – kejaran di perumahan antara aku, Gok, Lucky, Ivan Mondi, Leman, dll (tidak bisa disebutkan satu per satu). Tapi aku memutuskan mengejar Gok karena menurutku dia yang larinya paling lambat. Setelah mengejar cukup jauh, kami ber 2 sama – sama kecapaian dan tersesat alhasil dijemput motor oleh teman – teman. Sejak saat itu aku seakan – akan dinobatkan sebagai Koordinator Keamanan Civil Camp yang berikutnya.

Usia 21 tahun aku mendapatkan hadiah yang tidak terduga dari ceceku. Sebuah blackberry. Aku sebelumnya membenci BB, dan aku tidak masalah sih punya BB asal dikasih. Tapi aku sungguh tidak pernah menyangka aku diberi kado BB.

Usia 22 tahun aku sudah tidak tertarik menunggu sampai pukul 00.00, jadi aku memutuskan mematikan wifi dan tidur jam setengah 12 karena memang saat itu cukup ngantuk. Aku tidak berpikir akan diberi surprise oleh teman – teman. Sepulang dari les Toefl, aku menemani teman – teman untuk makan malam di kwetiau Asean, dan tidak menyangka ternyata ada Icha, Tephen dan Bebek yang ikut datang membawa kue tart berbentuk Shaun The Sheep. Aku memang suka sekali dengan Shaun The Sheep.


Aku bersyukur karena selama 22 tahun ini sudah mengenal banyak teman – teman bahkan sahabat yang luar biasa. Aku bisa bertumbuh menjadi lebih baik dan belajar banyak hal saat di sipil. Kepercayaan diriku menjadi tumbuh, karena saat kecil aku adalah anak yang rendah diri dan penakut. I hope tomorrow will be better than today.

My Office Life

Bisa dibilang aku terlambat memperkenalkan orang – orang di kantorku. Sebenarnya aku tidak berencana bekerja di kantor ini, saat semester 7 dan disibukkan oleh skripsi, aku mendapat tawaran menjadi estimator dari seorang adik kelas angkatan 2011 namanya Lydia, katanya ada perusahaan yang mencari estimator, aku pun ingin tahu, apakah bisa bekerja sambil menjalankan kuliah. Aku pun membuka website perusahaan tersebut dan ternyata perusahaan tersebut adalah kontraktor baja di daerah Kendangsari. Aku tertarik karena lowongan yang kosong adalah estimator dimana aku memang merasa paling bisa di estimasi dan menghitung volume, walau aku agak lupa bagaimana mengestimasi bangunan baja. Yang kedua karena lokasinya relative dekat dengan rumahku yaitu 6,5km. Jadi aku iseng mengirim email dan bertanya apakah bisa disambi kuliah sambil aku meninggalkan nomer handphoneku agar bisa dihubungi.

Tapi karena tidak ada tanggapan dan semakin sibuk dan banyaknya hal yang harus aku kerjakan di skripsi aku pun lupa aku pernah mengirim email ke perusahaan tersebut. Awal bulan Desember saat hendak makan siang bersama Icha, di depan stand soto uduk, aku tiba – tiba ditelepon dari nomer tak dikenal. Oleh karena suasana kantin P rame sekali, aku pun tidak mengerti siapa yang menelepon dan orang tersebut mengatakan apa. Ternyata yang meneleponku adalah dari perusahaan yang aku kirim email kapan hari, aku langsung disuruh wawancara keesokan harinya sambil membawa CV, surat lamaran dan transkrip terbaru. Cukup shock, tapi aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, aku pun segera melengkapi semua kelengkapan dan keesokan harinya aku ke kantor tersebut, sempat sedikit terlambat beberapa menit karena tersesat karena memang kantor tersebut tidak ada tulisan nama kantornya dan nomernya berada di dalam.

Saat datang, menunggu cukup lama baru disuruh ke atas untuk tes, tes yang diberikan meliputi perhitungan logika yang harus didasari dengan pengetahuan sipil seperti misalnya, ada ruangan sekian m2, keramik berapa m2 yang harus saya pesan? Ada sekitar 10 pertanyaan logika. Lalu ada perhitungan volume pondasi setempat dan pondasi batu kali, yang dihitung adalah volume batu, beton, bekisting, dan tulangan. Walau terlihat simple, tapi dibutuhkan kreatifitas matematika pula. Oleh karena aku memang suka hal yang berbau matematika 3 dimensi, aku pun berhasil menjawab soal tersebut dengan indah. Berikutnya sembari hasil hitunganku diperiksa, aku disodori soal lagi yaitu menghitung penjumlahan 4-5 bilangan yang berisi 13-14 digit dengan kalkulator 10 digit, ada 4 soal dan waktu mengerjakannya 10 menit. Oleh karena aku suka matematika, aku pun menyelesaikan soal tersebut dengan indah. Setelah itu aku wawancara dengan salah satu bos yaitu Pak Himawan, ternyata beliau adalah partner tugas baja dan betonnya Bu Ratna serta partner TA nya Pak Hurijanto. Saat dilihat hasil tesku ternyata aku ada 2 kesalahan yaitu di perhitungan keramik tadi karena aku tidak mengerti dengan satuan beli keramik dan menghitung bunga bank. Tapi overall cukup baik. Saat itu aku jujur tidak siap mengenai salary berapa yang aku inginkan, jadi aku shock saat tiba – tiba ditanyai mengenai salary. Aku pun memasang tarif rendah saat itu karena tidak tahu pasaran salary nya. Setelah itu aku dirujuk untuk melakukan psikotest di Ubaya. Saat psikotest cukup asyik karena seperti test IQ.

Tak lama berselang setelah psikotest, aku pun diterima di perusahaan tersebut, senang awalnya, karena aku merupakan salah satu lulusan 3,5 tahun yang mendapat pekerjaan terlebih dahulu. Saat datang lagi ke sana aku pun bilang bahwa sedang persiapan siding dan revisi jadi baru bisa mulai bekerja tanggal 4 Februari (sebenarnya aku berlibur dengan teman-teman ke Bali pada akhir Januari sampai awal Februari), awalnya seingatku, kami pulang dari Bali tanggal 3 Februari, ternyata aku salah tanggal karena mereka mendapat harga tiket murah tanggal 5 Februari, jadi kami dipesankan pulang tanggal 5 Februari. Aku sudah terlanjur bilang mulai masuk tanggal 4. Awalnya aku mau pulang sendiri tanggal 4 nya tapi tiketnya cukup mahal, akhirnya aku beranikan diri untuk mendatangi kantor dan meminta izin baru masuk tanggal 6 dan syukurlah, permintaanku dikabulkan.

Awal mulai bekerja, aku tidak mendapat pekerjaan sama sekali. Aku pun cukup canggung karena orang – orang kantor sudah berusia semua. Ada beberapa yang masih muda, tapi selisihnya denganku cukup jauh. Dan yang aku merasa tidak nyaman adalah adanya gap dalam kantor, ya aku menyadari dimanapun aku berada pasti akan ada gap, tapi aku melihat kehidupan kampus lebih menyenangkan karena walau memang ada gap tapi gap tersebut tidak saling menjatuhkan.

Sekitar 1 bulan setelah bekerja, aku sudah mulai banyak diserahi kerjaan. Aku cukup kagok dengan menggunakan SAP, menghitung simple saja membutuhkan waktu seharian, aku pun bingung-bingung sendiri saat disuruh menghitung volume. Kalau menurutku itu hanya mengenai kebiasaan saja. Saat gajianpun ternyata aku diberi sedikit lebih banyak salary dari yang aku minta tapi tetap saja lebih rendah dibanding rekanku yang lain. Sempat berpikir untuk pindah kerjaan, tapi aku memutuskan bertahan karena sebenarnya para PM yaitu Pak Melky, Ko Bagio, Ko Bonny dan Pak Jemmi orangnya baik-baik, ke empat bos pun seperti Pak Haryanto, Pak Himawan, Pak Sandjaja dan Pak Singgih baik dan tidak neko-neko. Peraturan tidak terlalu mengekang, makanan cukup murah, dan lokasi yang cukup dekat dengan rumah. Sempat ada beberapa tawaran pekerjaan yang salarynya lebih tinggi tapi aku tolak karena menurutku aku masih butuh belajar, sedangkan di tawaran kerja tersebut, aku sudah diserahi tanggungjawab yang lebih tinggi. Dan lagi aku masik optimis aku akan studi lanjut di Taiwan, jadi waktuku di Surabaya tidak akan lama.


Sebenarnya dimana pun kita ditempatkan, belajarlah untuk selalu bersyukur dan tidak menyesali pilihan kita. Jangan lihat ke atas, tapi lihatlah ke bawah. Mengambil hikmah positif dari yang kita pilih.

Sabtu, 15 Juni 2013

Antara Kewajiban dengan Pengaturan Waktu

Sudah lama sekali rasanya tidak menulis blog, karena aku baru saja menerima tawaran kerjaan freelance menghitung volume serta membuat RAB dari 2 client berturut-turut. 

Yang pertama adalah temannya ceceku yang membuka usaha kontraktor tapi dia tidak ada background teknik sipil, jadi untuk mengajukan penawaran, dia meminta bantuanku untuk membuatkan RAB rumah type 36 serta hanya diberi waktu 2 hari samai pekerjaan RAB nya rampung. Cukup gila sebenarnya, karena aku yang saat itu baru saja pulang dari Bali badan sudah cukup capek untuk melakukan perkerjaan, 2 malam pun aku lembur sampai pk 02.00 subuh, dan akhirnya selesai juga walau dari pihak client tidak member spek dan harga material serta upahnya. Alhasil pekerjaan selesai tapi dengan harga yang tinggi karena aku tidak tahu jadi speknya aku beri spek yang biasa digunakan di kantor yang notabene bukan material murahan. Rumah type 36 pun harganya menjadi Rp 2.500.000 per m2. Pekerjaan yang awalnya aku kira selesai, malah lebih lama di revisi harganya. Hamper semua spek material saat itu aku ganti dengan barang murahan yang harganya aku dapatkan dari internet. Memang susah bila kita menghitung tanpa mengetahui speknya. Dari pekerjaan pertama ini aku jadi mengerti bahwa saat kita menentukan spek, juga harus memperhatikan proyek apa yang kita hitung.

Proyek kedua datang sekitar 1-2 hari dari seorang temanku, Liske, karena dia tidak biasa membuatkan RAB, jadi aku dikenalkan dengan client keduaku yaitu Bu Yulia, proyeknya juga sama yaitu perumahan. Tapi yang dihitung adalah 2 rumah di wilayah Bali, awalnya Bu Yulia bertanya berapa lama waktu yang digunakan untuk menghitungnya? Aku pun menjawab saya lihat gambarnya dulu bu, baru saya putuskan berapa hari, tapi Bu Yulia tidak mau menunjukkan gambarnya, dia hanya menyebutkan luasnya, 198m2 dan 147m2 maka aku bertanya juga apakah speknya sudah jelas, katanya spek sudah jelas. Jadi aku mematok waktu 1 minggu untuk menghitung sampai RABnya. Baru saat itu gambar dikirim, begitu shocknya saat aku melihat gambarnya ada 60an halaman lebih. Dan detailnya sangat rumit seperti bangunan vila. Untuk mengeprint gambarnya saja butuh waktu semalaman. Memang butuh untuk mengeprint gambar agar lebih enak dan cepat dalam menghitung serta memberikan tanda pada berbagai jenis tipe balok, kolom, pondasi, dll. Untuk mempelajari gambarnya saja aku membutuhkan waktu 3 hari.  Untungnya saat itu ada 1 tanggal merah sehingga aku bias tidur lebih subuh dari hari biasa. Aku dituntut untuk menghitung extra express dalam proyek ini. Tiap balok, kolom, tie beam, pondasi aku identifikasi dulu rumus-rumus volume beton, berat tulangan, jumlah sengkang dan bekistingnya. Sehingga nanti tinggal dikali dengan panjangnya saja sudah keluar semua hasilnya. Karena memang pada kasus ini jenis balok, kolom, tie beam dan pondasinya unda undi dengan jenis proyek hotel yang aku gunakan untuk proyek TA ku. Dan bayangkan ada 2 perumahan yang harus aku hitung. Terbukti memang caraku tersebut cukup express, hanya dalam waktu 1 hari aku bisa mengeluarkan nilai volume dari beton, bekisting dan tulangan dari 2 proyek tersebut. Walau memang ujung-ujungnya banyak revisi, tapi pekerjaan tersebut bisa kelar aku tidak pernah menyangkanya, saat ngeprint 60 halaman tersebut aku memikirkan waktu seminggu sudah langsung lemas sendiri. Tapi dari situ justru aku semakin belajar menemukan cara baru untuk menghitung cepat.


Memang dalam 2 proyek tersebut pekerjaanku sedikit mengecewakan client, kekecewaan itulah yang disebut pengalaman. Pengalaman untuk bisa mengerti harga, untuk bisa menghitung cepat, untuk bisa membagi waktu, untuk bisa tidak terlalu menjanjikan hal yang muluk-muluk bagi orang lain dan pengalaman untuk dapat menghargai kemampuan kita.

Kamis, 30 Mei 2013

Ditakdirkan untuk Bersekolah di Petra Manyar


Sekolah Petra Manyar merupakan sekolah favorit di Surabaya, aku dan ceceku berasal dari SD Dapena bisa dibilang kami berdua seakan-akan ditakdirkan oleh Tuhan untuk bersekolah di Petra Manyar. Mengapa? Saat selesai kelulusan ceceku bisa dibilang ceceku terlambat untu mendaftar di SMP selain Dapena, karena memang orang tua kami berencana untuk tidak melanjutkan di Dapena, banyak sekali SMP yang cukup favorit dan terkenal yang sudah menutup pendaftarannya, ajaibnya hanya SMP Petra 3 yang masih membuka pendaftaran dan saat itu ternyata sudah hari terakhir pendaftaran, saat jaman ceceku, penerimaan siswa dari luar Petra hanya dilihat dari nilai Danem dan nilai ceceku saat itu benar-benar mepet dengan nilai minimum yang diterima oleh Petra Manyar, saat melihat peringkatnya, ceceku masuk peringkat nomer 2 dari bawah.

Aku saat SD dulu bisa dibilang cukup baik nilainya, walau aku tampak alim di sekolah, tapi aku suka bermain game saat di rumah, belajar matematika hanya 5 menit saja, nilainya sudah diatas 90, bukannya sombong tapi memang di sekolahku siswa siswinya tidak secemerlang di Petra Manyar. Aku saat SD sangat amat menyukai pelajaran IPS, bahkan secara tidak sengaja sudah hafal catatan tanpa harus dipaksa untuk mempelajari dan manghafalnya. Aku saat kelas 6 mendapat peringkat 1 saat itu, jadi aku diberi tawaran keringanan untuk sekolah di SMP Dapena, memang murah sekali biayanya, tapi tetap aku mendaftar di Petra Manyar. Saat SD sebenarnya aku merasa diriku pintar jadi saat H-1 sebelum tes aku malah bermain game, aku dimarahi habis-habisan oleh papa saat itu akhirnya aku ‘terpaksa’ belajar malam harinya. Saat tes ada 3 mata pelajaran yang diujikan yaitu matematika, IPA, dan IPS. IPA dan IPS soalnya digabung jadi 1x tes. Saat matematika aku tidak mengalami kesulitan yang berarti, saat tes kedua, soal IPA yang diujikan terlebih dahulu dan aku benar-benar shock dengan soalnya karena aku sama sekali tidak bisa menjawab, semua jawaban dari 50 soal aku awur, saat melihat soal IPS karena aku menyukai pelajaran IPS aku sangat amat lancar mengerjakannya, aku cukup yakin dengan jawaban soal IPS ku. Saat istirahat aku bertemu dengan juara umum SD Dapena yang juga sainganku sejak kelas 2 SD (tapi aku tidak pernah menang sih), aku cukup malu dengannya. Sejak saat itu benar-benar seperti mendapatkan tamparan keras, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga benar-benar terjadi dalam diriku. Aku sudah siap untuk sekolah di SMP Dapena saat itu.

Saat pengumuman, ada 16 orang dari 100an peserta luar petra yang diterima, dan aku ada di peringkat 3 dari bawah, sungguh luar biasa, aku benar-benar tidak menyangka. Bersekolah di Petra Manyar memang membukakan mata kita bahwa di atas langit masih ada langit, janganlah sombong. Saat SMP aku sudah tidak merasa pintar lagi, aku merasa sebagai siswa biasa-biasa saja bergitu pula berkelanjutan sampai kuliah tapi justru dengan begitu aku lebih memiliki banyak teman dibanding saat SD. Saat aku mulai menyadari bahwa aku hanya siswa biasa-biasa saja aku melihat orang-orang yang pintar dan sombong seperti aku dulunya merasa apa yang kamu banggakan? Piala dan Raport dengan predikat istimewa sudah tidak menarik lagi dan tidak membuat orang lain melihatmu wah. Tapi bila memang kita diberkati dengan nilai yang wah, hendaklah kita bersyukur dan tidak disombongkan, aku merasa lebih dapat surprise saat melihat nilai semester 6 ku dibanding saat aku dulunya dipanggil maju ke depan untuk mendapatkan piala sebagai juara umum ke 2 SD Dapena.


Kegagalan yang membuat kita bangkit, tapi dari kegagalan pula kita tidak menjadi besar kepala.

Kerja Praktek

Memasuki semester akhir, wajib bagi para mahasiswa Teknik Sipil UK Petra untuk melakukan kerja praktek. Awalnya aku berencana untuk magang, tapi karena data dari kantor magang tidak bisa keluar semua, daripada bercapek-capek jadi lebih memutuskan untuk kerja praktek saja. Saat pertengahan semester 6, sebenarnya aku ditawari oleh temanku, mantan divisi Acara P3KMABA yang saat itu menjadi ketua P3KMABA 2012 untuk menjadi Koordinator divisi Acara, sebenarnya aku hanyalah kandidat kelima sebagai koor karena kandidat sebelum-sebelumnya ada yang menolak dan ada yang berhalangan, oleh karena aku dan salah satu kandidat sebelumnya, Celia merasa kasihan dengan ketua P3KMABA, akhirnya kami memutuskan, apapun keputusanku nanti, aku terima coordinator atau tidak, kami tetap sama-sama di divisi Acara P3KMABA. Dan akhirnya aku menolak tawaran tersebut karena aku menyadari beban sebagai coordinator itu berat sekali dan lagi aku harus mempersiapkan KP dan TA serta merampungkan Tugas Beton pula saat itu.

Saat itu sebelumnya belum menemukan proyek untuk KP sampai akhirnya bertemu dengan David di RBM dan ternyata tempat KP nya yang dia peroleh relative dekat dan masih bisa untuk 1 kelompok lagi. Ternyata Project Manager disana juga alumni Sipil Petra angkatan 2004, jadi komunikasinya cukup mudah dan tidak terlalu banyak peraturan di kontraktor tersebut.

Saat kami memulai KP, hotel tersebut sudah mencapai lantai 6, tapi tangganya baru selesai sampai lantai 5 saja, untuk mencapai lantai 6 harus menggunakan tangga monyet, hari pertama sama sekali tidak berani naik tangga monyet, hanya David yang berani, jadi hari pertama KP hanya digunakan untuk melihat-lihat konstruksi yang sudah jadi. Karena menyadari bahwa aku juga harus berani naik sampai lokasi yang masih tahap pembangunan untuk meninjau sebagai proyek Skripsiku juga, aku pun mulai memberanikan diri menaiki tangga monyet pada hari kedua, tapi aku lupa bahwa untuk mencapai lebih tinggi lagi, tidak ada tangga monyet, jadi menggunakan scaffolding untuk dapat meraih lantai yang lebih tinggi. Akan tetapi baru mulai berani naik scaffolding saat hari ketiga.


Proyek Tampak Depan

Passenger Hoist alias Lift Proyek

Ini Dia Tangga Monyet 

Pengecoran di Malam Hari

PIC Penjaga Pompa

Proyek tempat KP ku awalnya tidak memperhatikan keselamatan kerja, tidak ada jarring net untuk keselamatan dan pekerjanya tidak menggunakan helm proyek serta boot. Sebenarnya cukup was-was juga dengan keselamatan saat kerja praktek di proyek ini. Apalagi saat baru selesai mengecor plat lantai, saat itu untuk naik ke lantai berikutnya boro-boro tangga monyet, bahkan scaffolding hanya ada di void-void di lift saja, cukup menegangkan loh naik scaffolding di void lift yang notabene sebenarnya void tersebut lobang sampai lantai bawah tanah dan hanya diberi semacam plat dari triplek untuk berdirinya scaffolding agar orang-orang dapat naik ke lantai selanjutnya.

Pernah juga karena ingin melihat proses pengecoran plat lantai, aku, Anthony dan David berencana untuk pergi ke proyek pkl 20.30, apalagi saat itu aku sebelumnya mengikuti closing panitia P3KMABA, jadi saat closing aku menenteng helm proyek dan meninggalkan acara sebelum acaranya kelar, tapi sebelumnya aku sudah mandi dulu di kos Ratna, aku memang berencana bermalam di kos Ratna saat itu agar tidak merepotkan orang rumah dan lagi keesokan harinya aku ada kelas MKDU.


Begitu apesnya ternyata truk molen tidak kunjung dating sampai pukul 00.30, cukup ngaplo di sana dan kondisinya cukup dingin dan mencekam, apalagi aku melewatkan makan prasmanan gratisan saat closing P3KMABA, andaikan tahu kalau truk molen baru datang jam segitu, aku lebih baik mengikuti acara sampai selesai dan bisa makan malam. Saat truk molen dating, tentunya kami tidak melewatkan melihat prosesi pengecoran dengan menggunakan pompa kodok. Ternyata ada juga loh PIC penjaga pipa pompa kodok, aku kira awalnya PIC sejenis hanya ada di divisi Perlengkapan sebagai PIC lampu AVT. Walaupun aktivitas ini cukup menguras kemampuan mata untuk tetap terjaga, tapi kami menikmatinya dan baru pulang pk 03.30, sampai di kost teringat bahwa besok ada kelas pk 07.30, aku langsung lepas soflen dan cuci muka lalu tidur. Saat bangun baru teringat bahwa aku tidak bawa baju ganti, jadinya tetap menggunakan baju panitia P3KMABA dan ternyata ada 1 orang yang menyadari bahwa aku belum ganti baju sejak kemarin.