Sabtu, 13 April 2013

Kerja, untuk Uang atau untuk Pengalaman?


Sudah seminggu ini tidak menulis blog, tidak menonton DVD, jarang online FB. Karena minggu ini bisa dibilang minggu yang cukup sibuk. Aku menerima tawaran menghitung struktur secara freelance dan tampaknya memang menghitungkan struktur secara freelance salary nya lebih besar dibanding kerja kantoran tapi kita tidak tahu apakah kita ada kesalahan atau tidak dalam perhitungan.

Kebetulan minggu ini juga ada banyak kerjaan di kantor, jadi tidak bisa selalu membawa tugas freelance ini ke kantor. Pulang kerja, setelah makan dan mandi harus di depan computer lagi untuk menyelesaikan hitungan. Serasa kembali lagi ke masa kuliah, Tugas beton, baja dan skripsi, tapi entah kenapa, aku tahu kalau tugas – tugas itu lebih ribet dan juga aku harus membagi tugas dan tenaga saat di kampus, berorganisasi dan mengerjakan tugas tapi kadar kecapekannya aku merasa lebih capek seminggu ini. Bahkan kemarin sudah terkapar pukul 21.30, bayangkan, biasanya saat kuliah biasa tidur jam 1.00 bahkan saat skripsi begadang sampai pk 6.30 tiap minggunya, tapi paling –paling hanya ngantuk. Mungkin kondisi social yang berbeda antara kantor dengan kampus. Di kampus bisa bertemu dengan teman – teman, ngobrol walau hanya saat makan siang sedangkan kondisi kerja di kantor setiap orang duduk di tempat masing – masing, makan siang pun terbagi menjadi 2 grup. Aku tidak mengerti kerjaan mereka sehingga tidak bisa membantu mereka, mereka pun tidak mengerti pekerjaanku.

Sebenarnya saat aku menulis blog ini saat masih jam kerja di kantor, masih ada kerjaan sebenarnya, tapi aku break dulu karena merasa agak capek dan tidak bisa berpikir. Mengingat lagi ke masa lalu, aku dulu terkesan menghindari stuktur dan hitung – hitungannya yang menurutku ilmunya tidak dapat dinalar. Tapi saat di dunia kerjapun harus tetap bertemu dengan mereka walaupun aku menjabat sebagai estimator yang notabene seharusnya pekerjaannya menghitung volume yang pekerjaannya masih bisa dilogika.
Tapi tidak menutup kenyataan, hampir semua estimator di negeri ini pekerjaannya merangkap sebagai engineer juga. Di kantor sekarang ini sebenarnya lumayan mendapat ilmu ‘praktis’, mengenai menghitung pondasi tanpa mengetahui data tanah, tapi tentu saja keabsahannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Oh mungkin aku mengertahui apa yang membuat aku capek, karena melihat kalender bulan April ini yang sama dengan melihat kalender handphone. Kadang memang manusia membutuhkan yang namanya break, sebenarnya walau di kuliah tampaknya aku tidak pernah break, banyak aktifitas, tapi menurutku berorganisasi di panitia sudah termasuk break loh, selain bertemu dengan banyak orang, juga bisa memikirkan hal lain di luar pelajaran, menurutku itu sudah termasuk break dari memikirkan perkuliahan. Sedangkan kerja kan setiap kali memikirkan ilmu teknik sipil.

Sebenarnya aku dulu sempat berpikir untuk pindah tempat kerja karena salarynya kurang dibandingkan pasaran. Melihat teman – teman yang lain kadang muncul rasa menyesal karena aku memasang harga yang rendah saat ditanyai soal salary. Tapi sebenarnya pula, bulan kemarin aku sudah tidak begitu menghiraukan itu karena aku juga mendapat cukup ilmu lah di kantor sini. Tapi entah mengapa seminggu terakhir ini, dengan kecapekan ini aku mulai berpikir lagi bahwa input dan outputku tidak sesuai. Aku tahu bahwa aku tidak begitu memiliki kelebihan di kantor ini. Tapi memang benar tidak ada semangat karena salary yang kecil memang kadang berpengaruh. Sebenarnya aku sudah pernah merasakan saat aku menjadi mahasiswa paruh waktu di perpustakaan. Setiap hari selalu ada kerjaan, kalau tidak stempel buku baru ya menginput data di catalog online. Tentunya dibutuhkan ketelitian dalam hal ini, karena tiap buku berbeda – beda, antara yang beli baru, sumbangan maupun wajib serah. Salary nya pun kecil. Hanya sekitar Rp 3000-4000 per jam. Sebulan hanya dapat 250-300 ribu, tidak ada apa – apanya disbanding asisten laboratorium yang salarynya besar, seperti di acecom yang bisa mencapai Rp 60.000 per hari. Apakah aku mungkin sudah terlalu capek, karena seakan – akan perjuanganku tidak begitu dihargai ? Kadang aku benci dengan diriku sendiri yang suka bersungut – sungut ini. Tapi apakah salah untuk mencari yang lebih baik lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar