Saat setelah P3KMABA, aku ingin
menjadi Tim Keamanan P3KMABA. Keinginan aku menjadi keamanan juga aku ceritakan
pada beberapa kakak kelas yang dulunya anggota keamanan P3KMABA, dia malah
berkata,”Kenapa tidak dua – duanya saja, campjur dan P3KMABA kamu ambil?”,
sempat aku ragu dengan campjur karena aku tidak yakin dengan kemampuan aku dan
melihat aku sebelumnya sudah menunjukkan sisi malaikat aku pada para Maba saat
P3KMABA, sampai ketua Campjur, yaitu temanku sendiri, Icha menawarkan posisi
Koordinator divisi Keamanan padaku. Jujur aku merasa tidak mampu dan ada banyak
yang lebih baik dari aku. Aku berpikir banyak hal, sebenarnya banyak system
dari keamanan dulu yang ingin aku ganti, seperti refleksi berisi tentang
rangkuman acara, penyisiran diadakan saat masih di kampus. di sisi lain,
Mabanya terkenal nakal tak terkendali, aku menyadari bahwa aku cewek dan tidak
cukup tangguh apalagi imageku sudah baik pada mereka. Setelah banyak diskusi
oleh para coordinator keamanan sebelumnya, seperti Ko Aron dan Ko Tonny, aku
berpikir bahwa aku seharusnya bisa melakukannya apalagi aku sudah punya banyak
plan di sana dan aku pun menerima tantangan yang menurutku cukup berat ini.
Terbukti para Maba begitu nakal,
katanya banyak yang suka omong kotor, merokok dan tidak terkendali, semakin
mendekati briefing, aku semakin takut. Aku curhat pada banyak orang tentang
ketakutan aku ini. Kunci dari semuanya sebenarnya hanya satu, aku harus berani
dan menunjukkan bahwa first impression keamanan harus kuat. Aku menyendiri
beberapa saat sebelum briefing. Saat briefing aku diberi kemampuan tersebut
oleh Tuhan. Saat hari H pun, masalah yang terjadi tidak terlalu berarti, semua
dapat diatasi atas kerjasama bersama – sama. Begitu terharunya aku saat divisi
Keamanan terpilih sebagai divisi terkompak, hal tersebut menunjukkan bahwa
tanpa anak – anak aku, aku tidak dapat berdiri dengan tegas di hadapan para
peserta.
Ada yang membuat aku tertawa dalam
hati. Pernah suatu kali aku selift dengan seorang Maba cewek, saat itu kami
berdua saja, ternyata tujuan kami sama, saat pintu lift terbuka, aku
persilahkan dia dulu yang keluar, tapi dia tidak mau sambil wajahnya tertunduk
– tunduk takut begitu. Setelah aku suruh keluar dulu kedua kali, baru dia mau
keluar lalu segera ngacir. Ternyata dulu anak tersebut pernah aku antar ke
kamar saat kepleknya tertinggal, saat itu kami pernah bincang – bincang,
katanya dia ingin menjadi Keamanan P3KMABA, aku tersenyum saat itu. Sekarang
dia menjadi sahabat dekat aku, obsesinya menjadi keamanan P3KMABA pupus karena
takut dengan pelatihannya, tapi dia tetap terobsesi menjadi divisi keamanan
kemjur. Aku tahu dia pasti bisa menjalankannya dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar