Setelah itu ada 2 kepanitiaan yang membuka open recruitment,
Lomba Kuat Tekan Beton dan P3KMABA 2010, aku bimbang mau memilih yang mana atau
bahkan mungkin kedua – duanya. Setelah aku pikirkan lagi, aku akhirnya
memutuskan untuk menjadi divisi Acara P3KMABA, karena aku sebelumnya juga sudah
berjanji, jika aku lulus P3KMABA, aku akan mendaftar menjadi panitia P3KMABA.
Nekat, tanpa pengalaman di divisi Acara sebelumnya, aku mengisi jadwal
wawancara. Tapi sungguh karunia Tuhan luar biasa, ternyata aku diterima dan
Koordinatornya juga jurusan Teknik Sipil. Di P3KMABA aku mendapat banyak
sekali, mulai dari teman, pengalaman, keberanian dan banyak lagi. P3KMABA 2010
memang kepanitiaanku yang paling berat. Sebelumnya aku tidak pernah
berpengalaman di divisi Acara, hal ini membuat aku cukup minder.
Jobdesc divisi Acara
P3KMABA jauh lebih beragam daripada divisi Acara program lain. Saat itu aku
masuk di subdivisi kepedulian dimana harus berhubungan dengan masyarakat daerah
Siwalankerto. Subdivisi kepedulian tidak pernah terlepas dari keterlibatan Bu
Sarwo (wakil dari warga Siwalankerto) dan Pak Tono (Wakil UK. Petra dari LPPM).
Subdivisi kepedulian yang akan bertanggung jawab full pada hari Kepedulian
yaitu hari kelima P3KMABA. Acara pra P3KMABA juga dihandle oleh subdivisi
kepedulian, seperti perkenalan perpustakaan dan puskom dan tes kepribadian yang
dikoordinasikan dengan PKPP.
Selama persiapan hampir setiap hari
harus datang ke kampus, semua dari kami sering bersama – sama. Koor aku selalu
menemani dengan sabar. Koor aku pernah berkata pada kami,”Dalam kita
berkerjasama dengan orang lain jangan pernah lupa untuk mengucapkan 3 kata,
yaitu ‘Tolong’, ‘Terima kasih’ dan “maaf” dan wejangan itu yang selalu aku
terapkan pada semua kepanitiaan yang lain, tidak hanya itu, aku juga menerapkan
itu pada kehidupan aku, simple memang, tapi kita sering lupa untuk melakukan
itu. Harapanku saat aku masuk divisi Acara ini, aku bisa mengeksplorasi
kreatifitasku, karena memang aku tidak suka yang biasa – biasa saja. Berbicara
mengenai kreatifitas, kreatifitas ternyata karakteristikku yang paling kuat
saat tes via character. Saat Bridge Competition, walau hanya sebagai divisi
Dankom, aku kerap kali memberikan masukan seperti untuk busana MC, tapi
masukanku ditolak karena tidak masuk akal. Akan tetapi tidak semudah itu, dalam
suatu kepanitiaan menjadi divisi Acara dan itu aku rasakan sekali saat aku
menjadi divisi Acara P3KMABA, suatu ide harus memikirkan esensi. Saat kita
punya esensi, baru kita harus memutar otak agar apa yang kita harapkan tersebut
dapat direalisasikan tanpa harus merugikan orang lain.
Kenapa aku bilang P3KMABA 2010 adalah kepanitiaan aku yang
paling berat? Karena disaat inilah aku benar – benar stress dan menangis
sendirian di dalam kamar mandi gedung A. Saat itu, H-1 hari kepedulian, aku
kira semuanya sudah siap, saat itu sudah pk 18.00 an, divisi Pubdekdok tiba –
tiba meminta baskom untuk mencampur warna. Mintanya pun tidak nanggung –
nanggung, 20 buah, bayangkan dalam waktu tidak sampai 12 jam, tidak ada
kendaraan, tidak ada yang tahu. Saat itu aku sudah tidak dapat menahan rasa
ketidakmampuanku, tidak mampu menahan air mata yang sudah siap menetes, aku
segera lari menuju kamar mandi terdekat saat itu untuk menahan rasa maluku.
Closing P3KMABA aku dipilih untuk
menjadi MC di acara closing P3KMABA yang amat megah dan luar biasa. Hal ini
tentu membuat aku shock, apalagi aku mendapatkan shift pertama. Tantangan yang
berat, tapi aku tidak menghindar, itulah kelebihan aku, walau aku mengerti aku
tidak yakin bisa menjalani, kalau aku diberi tugas, aku akan menjalani, sesusah
apapun itu. Aku sudah membayangkan saat itu, aku yang tidak pernah MC, sekali
MC di acara yang besar, spektakuler, yang menonton aku 600 an orang. H-1 aku
tidak tidur karena berlatih MC dengan Bevan, aku melakukan banyak hal agar
tenang dan tidak gugup. Tapi tidak dapat menutupi kegugupanku, terbukti aku
salah menyebut, seharusnya “Closing P3KMABA”, aku malah menyebut “Opening
P3KMABA”. Aku merasa gagal karena acara juga molor dan menurut aku kurang
menggelegar, tapi kata koor aku,”Tidak apa, gagal di perdana itu maklum”,
sungguh bersyukur mempunyai coordinator yang luar biasa seperti Ko Martin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar