Sabtu, 30 Maret 2013

It Stareted With A Kiss VS Playfull Kiss (Part 1)

Aku baru lihat 2 episode dari PK sih, tapi aku akan menjelaskan penilaian sementaraku :
1. Cerita : Lebih natural ISWAK, PK serasa lebih dibuat-buat
2. Jiang Zhi Shu VS Baek Seong Joo : Zhi Shu lebih terlihat jenius dan lebih menyebalkan, dari gaya berpakaian juga lebih mirip anak pintar. Seong Joo lebih hangat daripada Zhi Shu.Zhi Shu lebih menyebalkan.
3. Yuan Xiang Qin VS Oh Ha Ni : Oh Ha Ni lebih tomboy, jadi aku akan membandingkan aktingnya saja. Sudah jelas Ariel Lin yang jam terbangnya lebih tinggi dari pemeran Oh Ha Ni ini lebih totalitas.

Menurutku sampai episode 2, ada 2 kelebihan PK:
1. A Jin di PK lebih mirip dengan di Manga
2. Yang keren malah akting mamanya Seong Joo, Cindy Chao cukup bagus sih, tapi masih kurang imut dibanding mamanya Seong Joo...

Over all, saya masih mengidolakan ISWAK !!! ARJOE !!!

 Ada lagi, baru episode 2, saya sudah bosan dengan PK.
 It Started With A Kiss (ISWAK), Joe/Bryan Zheng Yuan Chang as Michael Jiang Zhi Shu (Naoki Irie) & Ariel Lin Yi Chen as Jeanie Yuan Xiang Qin (Kotoko Aihara)

Playfull Kiss (PK), Kim Hyung Jong as Baek Seong Joo (Naoki Irie) & Jung So Min as Oh Ha Ni (Kotoko Aihara)

Dare to be Different Civil Camp 2012



Saat setelah P3KMABA, aku ingin menjadi Tim Keamanan P3KMABA. Keinginan aku menjadi keamanan juga aku ceritakan pada beberapa kakak kelas yang dulunya anggota keamanan P3KMABA, dia malah berkata,”Kenapa tidak dua – duanya saja, campjur dan P3KMABA kamu ambil?”, sempat aku ragu dengan campjur karena aku tidak yakin dengan kemampuan aku dan melihat aku sebelumnya sudah menunjukkan sisi malaikat aku pada para Maba saat P3KMABA, sampai ketua Campjur, yaitu temanku sendiri, Icha menawarkan posisi Koordinator divisi Keamanan padaku. Jujur aku merasa tidak mampu dan ada banyak yang lebih baik dari aku. Aku berpikir banyak hal, sebenarnya banyak system dari keamanan dulu yang ingin aku ganti, seperti refleksi berisi tentang rangkuman acara, penyisiran diadakan saat masih di kampus. di sisi lain, Mabanya terkenal nakal tak terkendali, aku menyadari bahwa aku cewek dan tidak cukup tangguh apalagi imageku sudah baik pada mereka. Setelah banyak diskusi oleh para coordinator keamanan sebelumnya, seperti Ko Aron dan Ko Tonny, aku berpikir bahwa aku seharusnya bisa melakukannya apalagi aku sudah punya banyak plan di sana dan aku pun menerima tantangan yang menurutku cukup berat ini.
Terbukti para Maba begitu nakal, katanya banyak yang suka omong kotor, merokok dan tidak terkendali, semakin mendekati briefing, aku semakin takut. Aku curhat pada banyak orang tentang ketakutan aku ini. Kunci dari semuanya sebenarnya hanya satu, aku harus berani dan menunjukkan bahwa first impression keamanan harus kuat. Aku menyendiri beberapa saat sebelum briefing. Saat briefing aku diberi kemampuan tersebut oleh Tuhan. Saat hari H pun, masalah yang terjadi tidak terlalu berarti, semua dapat diatasi atas kerjasama bersama – sama. Begitu terharunya aku saat divisi Keamanan terpilih sebagai divisi terkompak, hal tersebut menunjukkan bahwa tanpa anak – anak aku, aku tidak dapat berdiri dengan tegas di hadapan para peserta.
Ada yang membuat aku tertawa dalam hati. Pernah suatu kali aku selift dengan seorang Maba cewek, saat itu kami berdua saja, ternyata tujuan kami sama, saat pintu lift terbuka, aku persilahkan dia dulu yang keluar, tapi dia tidak mau sambil wajahnya tertunduk – tunduk takut begitu. Setelah aku suruh keluar dulu kedua kali, baru dia mau keluar lalu segera ngacir. Ternyata dulu anak tersebut pernah aku antar ke kamar saat kepleknya tertinggal, saat itu kami pernah bincang – bincang, katanya dia ingin menjadi Keamanan P3KMABA, aku tersenyum saat itu. Sekarang dia menjadi sahabat dekat aku, obsesinya menjadi keamanan P3KMABA pupus karena takut dengan pelatihannya, tapi dia tetap terobsesi menjadi divisi keamanan kemjur. Aku tahu dia pasti bisa menjalankannya dengan baik.

Semester 4



Saat semester 4, aku bisa mengambil mata kuliah Manajemen Konstruksi, dimana mata kuliah tersebut dapat membuka mata kuliah penjurusan konstruksi yang lain dan membuka kesempatan untuk lulus 3,5 tahun. Impianku menjadi berorganisasi lebih lanjut aku kubur dalam – dalam dan aku memutuskan untuk dapat lulus 3,5 tahun, aku berkomitmen, aku boleh saja gagal dalam organisasi kemahasiswaan, tapi aku tidak boleh gagal lulus 3,5 tahun. Aku semakin berkomitmen lulus 3,5 tahun dan langsung bekerja agar tidak merepotkan orang tua lagi dan lebih menghemat pengeluaran orang tua aku. Saat itu aku benar – benar tersadarkan, banyak teman aku yang mengatakan bahwa aku mudah emosi, aku kurang bisa bersyukur dan bersungut – sungut, saat itu aku belajar untuk mengkontrol emosi, mengambil sisi positif pada semua yang terjadi dalam kehidupan aku.
Liburan semester, aku isi dengan ikut panitia P3KMABA. Aku mendaftar di divisi Peran, karena ingin mencoba divisi lain, apalagi aku sebelumnya divisi Acara yang sering ada beda pendapat dengan divisi Peran dan saat Civil Camp aku sebagai divisi Keamanan yang tentunya dibenci oleh para Maba dan ternyata aku diterima sebagai divisi Peran, aku partner dengan sahabat aku sendiri, Icha. Aku mencoba memperbaiki hubungan divisi Acara dengan Peran dan aku ingin memberikan pembelajaran yang mandiri dan dewasa untuk Maba yang dipercayai padaku.
Hari pertama P3KMABA, ada 2 Maba aku yang sudah mendapat 6 rekap, mereka sebenarnya sudah patah semangat untuk ikut P3KMABA. Kami tetap memberikan semangat pada mereka, yang membuat aku terharu, walau mereka ragu dapat lulus P3KMABA, tapi mereka tetap mau melanjutkan ikut P3KMABA karena mereka ingin menghargai kami, para pembimbingnya. Untuk memberikan semangat mereka, aku pernah menantang mereka, jika sekelompok bisa zero rekap, akan aku beri coklat untuk dimakan bersama saat kelas kecil (walau sebenarnya saat itu ada peraturan untuk dilarang makan di luar makanan yang disediakan divisi konsumsi di dalam ruangan), aku tidak peduli dengan peraturan – peraturan yang menurutku hanya membatasi sesuatu yang membuat mereka bisa lebih baik. Hari pertama, tantangan gagal, karena ada 1 teman yang terkena rekap. Setelah itu, tetap aku tantang, ternyata begitu menakjubkan, mereka semua bisa zero rekap, terlebih lagi 2 maba aku yang pada hari pertama terkena 6 rekap, diberi jempol oleh divisi Evaluasi saat itu. Pernah suatu saat di kelas, 2 kelompok bergabung untuk sesi kelas kecil, para Maba ramai tidak dapat dikontrol, aku saat itu justru melakukan hal yang tidak boleh dilakukan, aku membentak, “Teman – teman bisa tenang tidak sih? Apa perlu aku jadi kakak keamanan agar kalian bisa tenang?”

Keamanan Civil Camp 2011



Saat open recruitment Civil Camp 2011 dipasang di P4, ada keinginan untuk ikut. Di sisi lain juga ikut teman – teman karena mereka juga berencana ikut mendaftar. 9 divisi ditawarkan, 2 divisi yang sempat terpikir olehku, keamanan dan perlengkapan.

Mengapa keamanan? Di saat nuansa open recruitment masih terasa, di sana ada libur Idul Fitri. Aku, SS, Aei Li, Ratna, Icha, Nita, MG, dan Ko Felix pacarnya SS sudah membuat plan untuk pergi bersama ke Jatim Park 2 dan BNS. Bisa dibayangkan ramainya bagaimana. Kami ke sana dengan mobil Avanzanya SS yang disopiri oleh sopirnya Ratna. Perjalanan yang memegelkan hati dan badan. Bagaimana tidak, orang2 sekampung pada pergi ke Secret Zoo semua, cari parkir tidak aturan, masuk ke lahan tidak jelas yang sempit banget karena banyak yang parkir di sana. Berhasil dapat tempat parkir, masih harus antre beli tiket dan masuknya. Aku yang tidak suka tidak antre, cukup dicapekkan oleh kondisi ini. Senang – senang di dalam secret zoo, sampai kami lupa kalau hari itu libur lebaran, jadi kami berencana lanjut ke BNS. Dan parkir BNS tidak jauh lebih gila dari Secret Zoo. Kami awalnya sudah dapat parkir tapi masih menunggu mobil keluar, kami sudah berhenti di depan sedikit dengan memberi sinyal ‘riting’. Betapa shocknya kami saat jukir malah mengijinkan mobil belakang kami menempati parkiran kami. Sudah mencari parkir susah, ditempati pula. Sopir Ratna tidak bisa apa – apa, hanya mencoba mencari tempat parkir lain. Di sisi lain, Nita yang dijuluki Boss oleh anak – anak merasa diperlakukan tidak adil, dia turun dan melabrak jukir tersebut. Spontan lihat hal itu, Ko Felix menemani Nita karena dia kan perempuan. Oleh karena kesangaran boss, jukir tersebut tunduk juga, alhasil kami mendapat tempat parkir yang seharusnya kami dapatkan. Sopir Ratna pun mulai memarkir mobil Avanza, tapi karena takut, bukan mobilnya, maka proses parkir ini lama sekali. Merasa sopir Ratna lemot sekali, Nita langsung menyuruh sopir Ratna turun dan ganti dia yang pegang kendali. Kagum banget sama sifat Nita heroic dan berani, reflek aku bilang ke Nita, “Boss, daftar keamanan kemjur!!!”. Nita awalnya tidak mau, aku sempat kecewa, karena seharusnya dia mampu, akhirnya aku member tantangan, “ayo bareng – bareng daftar keamanan kemjur”. Dan dia pun setuju. Aku seneng banget walau kami tidak tau siapa yang akan keterima siapa yang tidak. Pengumuman pun ditempelkan, dan aku bahagia sekali karena aku dan Nita bisa bekerja sama dalam divisi Keamanan.
Sedikit bercerita sebelum hari H, sebelum Civil Camp, tiap hari Jumat pk 7.30-9.30 kami selalu mengadakan Radiv. Jika terlambat datang radiv, harus membawa snack. Isi dari tiap rapat itu sama yaitu mengkritisi peraturan2 kemjur tahun lalu. Namanya saja emang keamanan, tapi aku sendiri saat radiv malah banyak guyonnya, apalagi aku memang teman dekatnya Ko Aron, jadi sudah tidak ada rasa sungkan (walaupun dia koorku). Saat2 itu masih belum bisa membayangkan sebagaimana menegangkannya menjadi keamanan. Saat briefing, aku cuma datang sebentar, karena mau melayat family, jadi tidak tahu bagaimana sifat – sifat para maba dan bagaimana Ko Aron mulai membuka image first impression keamanan. Saat radiv ko Aron pernah bilang, saat penyisiran jangan pernah tanya sama orang lain apakah itu benar atau tidak, putuskan sendiri,soal apapun keputusan kalian dan ada maba yang protes, aku pasti akan dukung kalian. Saat liburan, Ko Aron juarang sekali mengadakan radiv. Ko Aron membagi – bagi jobdesc, dan aku kebagian membuat format dan contoh refleksi.
Ya, dan tanggal 24 Januari pun tiba juga. Cukup mengantuk, karena malam sebelum hari I Civil Camp,aku menerima tawaran sebagai Leader Pagar Ayu di Bima Genteng dengan alasan aku mau melatih ketegasanku saat jadi leader. Tapi karena beberapa anak2 pagar ayunya lebih tua dari aku dan sifat dasarku sebagai anak bungsu yang suka mengalah, akhirnya sama sekali tidak tegas saat jadi leader. Aku bertugas untuk mengawasi dropping area maba daerah mobil, rencana dropping area awal terpaksa diubah karena cukup membingungkan. Saat sedang menjaga dropping area, ada Maba yang membuka pintu mobil tanpa melihat spion, padahal saat itu di belakangnya ada seorang satpam sedang naik motor untuk berpatroli. Alhasil, satpam tersebut tertabrak pintu mobil maba tersebut dan tangannya berlumuran darah. Pagi – pagi sudah dapat kejadian seperti itu, satpamnya marah – marah, aku tidak dapat berbuat apa – apa dan malah merinding sekali sekaligus takut karena sudah merasa gagal menjadi seorang keamanan. Akhirnya KSR, maba tersebut dan Ko Yusak (ketua Civil Camp) yang mengurusi masalah tersebut. Aku melanjutkan menjaga dropping area sambil melihat jam,kurang 5 menit sebelum waktu yang ditentukan, aku pun mencoba untuk  berteriak pada Maba “Teman – teman, waktu kurang 5 menit”, karena suara terlalu pelan, ada Maba yang bertanya “Ngomong apa ce?”, kejadian itu tidak hanya 1x, tapi tiap kali ada maba yang lewat selalu ga dengar suaraku. Merasa gagal session 2 pun terasa. Saat aku teriak kurang 1 menit, para Maba langsung saling berlomba lari, lucu sekali ngelihatnya. Banyak maba yang sudah sampai di depan AVT, apesnya ternyata AVT belum dibuka oleh petugas UPPK. Masing-masing keamanan bertugas di wilayah masing – masing, saat aku mengantar maba sampai di depan AVT, suasananya seperti pasar, dan aku sendiri keamanan di situ, tidak ada HT, saat itu di sana ada Ko Nugroho, koor transakom yang dulunya pernah menjadi anak keamanan P3KMABA,justru Ko Nugroho yang membentaki maba. Karena merasa tidak mampu menenangkan maba, aku pun segera turun ke bawah memberitahu Ko Aron, belum juga aku mencet tombol lift, Ko Aron dah sampai di T5 dulu, Ko Aron cukup tegas saat itu.
Singkat cerita, sesampai di lokasi, aku langsung bergegas ke Aula untuk siap – siap penyisiran. Awalnya aku menyisir maba cewek. Banyak yang kena rekap gara – gara  lengan bajunya terlalu pendek. 5 Maba cewek sudah aku sisir, maba ceweknya sudah habis, maba cowoknya butuh tenaga nih, aku pun membantu menyisir cowok dan ternyata ada conditioner yang bawa conditioner ,di SOP tidak jelas, apakah conditioner boleh, adanya Cuma tulisan : ‘Alat mandi : sabun, shampoo, sikat gigi, pasta gigi, handuk’, karena tidak ada kata ‘dll’, akhirnya aku putuskan bahwa dia membawa di luar alat mandi dan merekapnya.
Maba menuju ke pondok masing2. Saat hendak berkumpul lagi di aula, kami pun keliling, tapi mabanya tidak ada yang buru2 ke aula, ada ketua pondok yang memegang kunci menunggui teman sesama pondoknya yang tidak keluar pondok. Aku pun tidak cukup berani untuk menegaskan kalau waktu sudah habis di pondok, seharusnya banyak maba yang terkena rekap terlambat, tapi tidak direkap oleh keamanan karena merasa kasihan.
Setelah itu, aku, sisca dan yoga saatnya untuk menjaga pondok, aku pun diajak sisca untuk keliling pondok dan ditunjuki tempatnya satu2, karena aku tidak ikut survey jadi tidak tahu medannya. Sudah jalannya naik turun, jauhnya setara gedung P dengan gedung T. Setelah keliling, kami mengambil barang bawaan untuk dipindahkan ke pondok keamanan. Sesampai di pondok ternyata turun hujan,maka kami santai – santai dulu, aku dan sisca saling memijat kaki yang dah kaku lalu kami mandi dan saat itu kami baru sadar kalau tidak ada yang bawa HT. Kami memanfaatkan kesempatan emas itu. Saat hujan agak reda, kami memutuskan kembali ke aula karena kasihan sama anak keamanan yang lain.
Berdiri menjaga sesi selama beberapa jam cukup membuat kaki pegal – pegal, anak – anak yang ramai pun tidak dapat aku kendalikan. Saat makan malam pun tiba, aku menawarkan diri untuk mengatur tempat duduk di ruang makan, akhirnya Nita dan Ko Aron yang merotasikan maba dari aula, aku bergegas ke ruang makan untuk memastikan apakah makanan dah siap, aku ditemani CS anak acara saat itu. Aku pun mengantarkan maba ke meja masing – masing, 1 meja dipenuhi dulu baru buka meja lain. Hitung – hitung, seperti jadi pagar ayu yang mengantarkan tamu ke meja. Saat itu nasi 1 meja ditaruh pada 1 bakul dan tidak boleh menambah nasi. Dasar maba, tidak tahu apakah terlalu lapar, mengambil nasinya tidak aturan, awalnya aku tegor pelan, ehhh…tapi kok begitu semua, bahkan ada 1 anak yang pertama duduk langsung ngambil ¾ porsi satu meja, aku yang tidak suka orang egois seperti itu dan dah cukup capek, spontan langsung mbentak maba itu “HEH KAMU, MAKANNYA TEMANNYA DIBAGI DONG!!”, aku tidak melihat apakah di ruang makan ada dosen atau tidak. Sesaat setelah itu, kondisi jadi sunyi, aku yang terlanjur sebel langsung menuju ke aula.
Singkat cerita acara api unggun, aku bantu sebentar sih, tapi juga ngerasa capek banget, saat itu jam sudah menunjukan pk 23.00, acara belum selesai, rencananya kami ada pembuatan refleksi setelah acara selesai, aku pun bilang ke Ko Aron kalau setahuku Maba ada jam malamnya sendiri dan tidak memungkinkan untuk membuat refleksi, jadi bagaimana kalau refleksinya dikumpulin saat kebaktian pagi. Ko Aron yang tidak bisa menutupi rasa capeknya itu, langsung setuju dengan saranku. Di saat para maba sedang nikmat makan BBQ, Ko Aron didatangi oleh peserta yang tadi aku rekap conditioner. Anak itu protes ke ko aron. Aku kasihan sama ko Aron, sudah capek, harus meladeni mala hasil perbuatanku. Aku takut ikut campur. Aku sempat takut Ko Aron yang terlalu capek tadi memberikan pemutihan pada mala itu, tapi juga merasa bersalah pada Ko Aron juga. Sempat terlihat panas, dan aku lihat Ko Aron memegang ucapannya di awal bahwa dia selalu membela anak2nya.
Setelah acara BBQ, maba – maba kembali ke pondok masing – masing, para panitia kembali ke aula untuk rapat evaluasi, divisi keamanan dihujat habis – habisan, aku sudah aku capek begini, masih aja divisi lain memicu emosi. Memang acara molor, memang hal itu kesalahan keamanan yang tidak tegas dengan waktu keamanan, tapi cara mereka mengkritik keamanan sama sekali tidak membangun, malah menjatuhkan, tidak memberi jalan keluar. Wajah para panitia saat itu tidak dapat ditutupi oleh rasa capek oleh jobdescnya masing – masing. Setelah Raval, Ko Aron meminta anak keamanan untuk radiv sebentar di pondok. Saat itu terlihat jelas bahwa Ko Aron stress berat. Di radiv itu kami memutuskan bahwa tidak ada dispensasi waktu lagi. Lalu aku, ko aron dan sisca saatnya tidur. Sudah pk 2.00 saat itu, dan kami harus bangun pk 4.00. Aku kembali ke kamar, badan dan jiwa capek sekali tapi tidak tahu kenapa tidak bisa tidur. Aku sempat nguping pembicaraan anak anak lain yang jaga malam yaitu Nita, Yoga,Andreas dan Jansen. Mereka membicarakan kinerja kami pada hari I. Aku pun tidak tenang dan sms ko Aron yang berada di kamar sebelah dan memberikan semangat.
Acara hari kedua berakhir tepat waktu, senang sekali rasanya, karena di sini kami benar – benar bertindak tegas, tidak ada toleransi buat yang terlambat, aku pun juga memberanikan diri untuk menegor maba kalau rame di aula, walau ga megang TOA, ya tetap harus teriak. Hari ini tidak ada rapat eval, jadi anak keamanan pada jaga refleksi. Singkat cerita hari ketiga kembali pulang ke Surabaya, aku minta ijin ko aron untuk pulang dulu karena nunut AeiLi. Sesampai di rumah, aku langsung nyalain FB Himasitra Petra update status yang simple banget sih “Civil Camp 2011 telah selesai, be an invincible civiler ya J” begitu senangnya ternyata yang ngelike ada 40an orang. 3 hari Civil Camp ini, divisi keamanan memang belajar menjadi seorang invincible yang tak terkalahkan.

WOOW



Saat Rapat Kerja Himasitra, setiap fungsionaris diberi kepercayaan untuk memegang ketua di suatu program, oleh karena aku masuk di department Informasi dan Komunikasi, aku dipercayai memegang program baru yang berhubungan dengan perkenalan jurusan dengan Mahasiswa Baru, tapi bagaimana acaranya, apa saja yang dibahas tidak jelas sama sekali. Hampir saja oleh BPH Kadep program ini dihapuskan, tapi aku sebagai ketua, masa mundur sebelum berperang walaupun sebenarnya yang menyerang bukan aku. Aku berpikir mati – matian, bagaimana aku mempertahankan program ini. Aku pun mencoba memposisikan aku saat Maba dulu, apa saja yang belum aku dapatkan, aku dulu tidak begitu mengenal apa saja di Sipil, tidak tahu kurikulum, laboratorium dan fasilitas – fasilitasnya, akhirnya aku memutuskan untuk membuat program pengenalan ini, konsepnya keliling seperti tour, konsepnya aku ambil dari Bridge Competition, aku merasa keliling laboratorium ini lebih berguna untuk Maba dibanding anak SMA. Saat aku mengajukan konsep dan esensi aku, ternyata diterima oleh BPH Kadep, senang sekali rasanya. Namanya pun aku cari sendiri yaitu Window of Our World. Karena mulai dari program inilah yang menjadi jendela kita untuk melihat kehidupan perkuliahan ke depan.
Persiapan program ini cukup mepet dan yang ikut ternyata hampir tidak memenuhi 75% target. Untungnya aku menurunkan target dari 100 menjadi 90. Yang datang ternyata hanya 74 orang, seandainya target aku 100, berarti tidak sampai 75% itu artinya panitia aku tidak dapat SKKK. Saat hari H aku sebal dengan Ketua Himaku, karena dia tidak datang dalam programku dan tidak memberikan sambutan, padahal di program lain dia selalu datang, seandainya tidak bisa datangpun akan memberikan perwakilan untuk sambutan, sedangkan di programku tidak ada sambutan. Baru saat acara aku selesai, wakil ketua hima SMS aku, dia menjelaskan mengapa BPH Kadep tidak datang, agar kami para anak siap tanpa harus bergantung BPH Kadep dalam program lain yang besar seperti Bridge Competition dan Lomba Kuat Tekan Beton. Kecewa sebenarnya, tapi itu untuk kebaikan Himasitra.

P3KMABA 2010



Setelah itu ada 2 kepanitiaan yang membuka open recruitment, Lomba Kuat Tekan Beton dan P3KMABA 2010, aku bimbang mau memilih yang mana atau bahkan mungkin kedua – duanya. Setelah aku pikirkan lagi, aku akhirnya memutuskan untuk menjadi divisi Acara P3KMABA, karena aku sebelumnya juga sudah berjanji, jika aku lulus P3KMABA, aku akan mendaftar menjadi panitia P3KMABA. Nekat, tanpa pengalaman di divisi Acara sebelumnya, aku mengisi jadwal wawancara. Tapi sungguh karunia Tuhan luar biasa, ternyata aku diterima dan Koordinatornya juga jurusan Teknik Sipil. Di P3KMABA aku mendapat banyak sekali, mulai dari teman, pengalaman, keberanian dan banyak lagi. P3KMABA 2010 memang kepanitiaanku yang paling berat. Sebelumnya aku tidak pernah berpengalaman di divisi Acara, hal ini membuat aku cukup minder.
 Jobdesc divisi Acara P3KMABA jauh lebih beragam daripada divisi Acara program lain. Saat itu aku masuk di subdivisi kepedulian dimana harus berhubungan dengan masyarakat daerah Siwalankerto. Subdivisi kepedulian tidak pernah terlepas dari keterlibatan Bu Sarwo (wakil dari warga Siwalankerto) dan Pak Tono (Wakil UK. Petra dari LPPM). Subdivisi kepedulian yang akan bertanggung jawab full pada hari Kepedulian yaitu hari kelima P3KMABA. Acara pra P3KMABA juga dihandle oleh subdivisi kepedulian, seperti perkenalan perpustakaan dan puskom dan tes kepribadian yang dikoordinasikan dengan PKPP.
Selama persiapan hampir setiap hari harus datang ke kampus, semua dari kami sering bersama – sama. Koor aku selalu menemani dengan sabar. Koor aku pernah berkata pada kami,”Dalam kita berkerjasama dengan orang lain jangan pernah lupa untuk mengucapkan 3 kata, yaitu ‘Tolong’, ‘Terima kasih’ dan “maaf” dan wejangan itu yang selalu aku terapkan pada semua kepanitiaan yang lain, tidak hanya itu, aku juga menerapkan itu pada kehidupan aku, simple memang, tapi kita sering lupa untuk melakukan itu. Harapanku saat aku masuk divisi Acara ini, aku bisa mengeksplorasi kreatifitasku, karena memang aku tidak suka yang biasa – biasa saja. Berbicara mengenai kreatifitas, kreatifitas ternyata karakteristikku yang paling kuat saat tes via character. Saat Bridge Competition, walau hanya sebagai divisi Dankom, aku kerap kali memberikan masukan seperti untuk busana MC, tapi masukanku ditolak karena tidak masuk akal. Akan tetapi tidak semudah itu, dalam suatu kepanitiaan menjadi divisi Acara dan itu aku rasakan sekali saat aku menjadi divisi Acara P3KMABA, suatu ide harus memikirkan esensi. Saat kita punya esensi, baru kita harus memutar otak agar apa yang kita harapkan tersebut dapat direalisasikan tanpa harus merugikan orang lain.
Kenapa aku bilang P3KMABA 2010 adalah kepanitiaan aku yang paling berat? Karena disaat inilah aku benar – benar stress dan menangis sendirian di dalam kamar mandi gedung A. Saat itu, H-1 hari kepedulian, aku kira semuanya sudah siap, saat itu sudah pk 18.00 an, divisi Pubdekdok tiba – tiba meminta baskom untuk mencampur warna. Mintanya pun tidak nanggung – nanggung, 20 buah, bayangkan dalam waktu tidak sampai 12 jam, tidak ada kendaraan, tidak ada yang tahu. Saat itu aku sudah tidak dapat menahan rasa ketidakmampuanku, tidak mampu menahan air mata yang sudah siap menetes, aku segera lari menuju kamar mandi terdekat saat itu untuk menahan rasa maluku.
Closing P3KMABA aku dipilih untuk menjadi MC di acara closing P3KMABA yang amat megah dan luar biasa. Hal ini tentu membuat aku shock, apalagi aku mendapatkan shift pertama. Tantangan yang berat, tapi aku tidak menghindar, itulah kelebihan aku, walau aku mengerti aku tidak yakin bisa menjalani, kalau aku diberi tugas, aku akan menjalani, sesusah apapun itu. Aku sudah membayangkan saat itu, aku yang tidak pernah MC, sekali MC di acara yang besar, spektakuler, yang menonton aku 600 an orang. H-1 aku tidak tidur karena berlatih MC dengan Bevan, aku melakukan banyak hal agar tenang dan tidak gugup. Tapi tidak dapat menutupi kegugupanku, terbukti aku salah menyebut, seharusnya “Closing P3KMABA”, aku malah menyebut “Opening P3KMABA”. Aku merasa gagal karena acara juga molor dan menurut aku kurang menggelegar, tapi kata koor aku,”Tidak apa, gagal di perdana itu maklum”, sungguh bersyukur mempunyai coordinator yang luar biasa seperti Ko Martin.